Psikologi Indigenous: Saatnya Menentukan Mainstream Keilmuan dari Tanah Air

Kamis, 31 Oktober 2013 menjadi hari yang bersejarah bagi Fakultas Psikologi UGM, dimana pada hari itu bertambah satu lagi daftar guru besar psikologi, Prof. Kwartarini Wahyu Yuniarti, M.Med.Sc., Ph.D atau yang lebih akrab disapa Bu Bo. Acara pengukuhan jabatan guru besar ini diselenggarakan di Balai Senat Kantor Pusat Universitas Gadjah Mada. Lebih dari 200 orang yang terdiri dari keluarga, rekan sejawat, kolega baik dari dalam maupun luar neageri serta mahasiswa hadir memberikan selamat dan merayakan pengukuhan Prof. Bo. Suasana haru dan bahagia serta ndagel ala Prof. Bo menyelimuti keseluruhan acara, khususnya ketika Prof. Bo menyampaikan pidato pengukuhannya yang berjudul “PSIKOLOGI INDIGENOUS: SAATNYA MENENTUKAN MAINSTREAM KEILMUAN DARI TANAH AIR”.

Dalam pembukaan pidatonya tersebut, Prof. Bo menyampaikan keprihatinan dan kesedihannya terhadap kondisi Indonesia yang kaya tetapi miskin, Indonesia yang kaya sumber daya alam namun tidak termanifestasikan dalam kesejahteraan rakyatnya, sehingga diperlukan pengembangan enam komponen human capital (intelektual, emosi, sosial, etika, spiritual, kesehatan) untuk merapatkan gap kontroversi “kaya tapi miskin” tersebut. Selain itu, diperlukan juga pemahaman akan karakter bangsa, yang oleh Prof. Bo dilakukan dengan melakukan sebuah refleksi sejarah. Rupanya, pola mentalitas kolonial masih menjebak bangsa kita yang selama lebih dari 350 tahun terjajah bangsa asing, dan mindset inferioritas kultural ini kemudian diteruskan dari generasi ke generasi yang selanjutnya.

Colonial mentality ini, menurut Prof. Bo, harus kita sadari keberadaannya dalam diri kita, dan harus kita lawan dengan penyajian kesadaran akan kebesaran bangsa Indonesia dalam sejarah peradaban dunia. Cara penggemblengan keenam karakter komponen human capital tanpa kehilangan jati diri kebangsaan harus dipelajari melalui pengenalan dalam dunia akademik melalui penelitian dengan pendekatan psikologi indigenous untuk memperoleh “kaca benggala” dengan presisi yang tinggi bagi refleksi data studi ke dalam populasinya. Prof. Bo berharap akan lahir individu dan masyarakat yang kuat dalam pengenalan dirinya, dengan dengan 6 pilar human capital yang mapan, dalam behavior repertoire yang disengajakan , yang akan meniadakan kesenjangan karakter “kaya tapi miskin”. Juga melalui dunia akademik melalui pengambilan peran dalam mainstream keilmuan. Sebagai penutup, Prof. Bo dengan bahasa yang menyentuh dan tulus mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada orang-orang yang berjasa dalam perjalanan hidupnya.