Prof. Tina Resmi Dikukuhkan Menjabat Guru Besar UGM

Keluarga dalam kehidupan manusia sangatlah berarti, sebagai salah satu institusi pembelajaran pertama dan yang paling lama bagi kehidupan manusia. Sejak manusia lahir hingga manusia itu menutup usia. Segala bentuk kebutuhan dasar manusia pun didapat dari keluarga, seperti kebutuhan fisiologis, rasa aman dan kasih sayang. Maka, kesejahteraan keluarga menjadi sorotan yang dianggap utama, karena kualitas keluarga akan mempengaruhi kualitas individu yang tumbuh-kembang di dalamnya.

Dewasa ini banyak sekali tantangan yang dihadapi oleh keluarga. Seperti premanisme, pemerkosaan, penggunaan obat-obatan terlarang dan penculikan. Lingkungan eksternal yang tidak kondusif ini akan mempengaruhi bagaimana peran keluarga. Maka, sebagai tempat utama dalam pembentukan karakter seseorang, handaknya keluarga mampu menjadi keluarga yang sehat dan keluarga yang resiliance terhadap tantangan yang ada.

Menjaga kesejahteraan, keamanan dan kualitas keluarga sesungguhnya telah menjadi kewajiban. Kewajiban ini termaktub dalam Kitab Suci Al Qur’an dalam surat At Tahrim ayat 6, yang artinya adalah “Hai, orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaga malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNYA kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Menyadari begitu pentingnya peran keluarga tersebut, Tina Afiatin melakukan penelitian tentang psikologi keluarga dengan menggunakan mixed methods dilihat dari keberfungsiannya. Penelitain inilah yang membawa Tina Afiatin meraih gelar Profesor dan dikukuhakn menjadi Guru Besar Fakultas Psikologi.

Dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar –kemarin (27/02), Profesor Tina Afiatin, M.Si., Psi menjelaskan bahwa peneliti psikologi keluarga mempertimbangkan faktor-faktor biologis, intrapsikis, interpersonal, dan konteks sosial dan memahami fungsi, kesehatan, gangguan, serta treatment perkawinan dan keluarga.  Selanjutnya, penelitian psikologi keluarga baik dalam penelitian dasar maupun penelitian terapan perlu dikaji lebih mendalam tentang dinamika dan hubungan timbal balik dalam interaksi perkawinan dan keluarga. Sehingga, dalam penelitiannya perlu lebih mengembangkan metodologi yang mampu mengungkap kompleksitas fenomena hubungan keluarga.

Pidato yang disampaikan menyimpulkan bahwa metode campuran (mixed methods) dalam penelitian psikologi keluarga yang beliau lakukan berfungsi untuk mengintegrasikan dalam sistematk metode kualitatif dan kuantitatif, untuk menjelaskan dinamika, proses, dan setting keluarga serta intervensi yang tepat untuk keluarga dengan mempertimbangkan berbagai faktor, antara lain agama, goegrafis, politik, hukum dan budaya.

Beliau juga memaparkan keuntungan yang didapat dengan menggunakan mixed methods antara lain, dapat menjawab pertanyaan penelitian yang tidak dapat dijawab dengan metode yang lain. Selain itu memberikan pemahaman yang lebih mendalam dalam studi perilaku manusia, dan juag dalam pengambilan kesimpulannya akanlebih kuat jika dengan menggunakan metode campuran ini.