Menjadi penutup pada paruh pertama dalam rangkaian Kursus Intensif Perkembangan Mutakhir Riset, pembahasan terkait Bidang Ilmu Psikologi Klinis diselenggarakan pada hari Kamis (31/3). Kegiatan ini dihadiri oleh tiga pembicara yang kapabel pada topiknya masing-masing, dan Perkembangan Mutakhir Riset Bidang Ilmu Psikologi Klinis dimulai pada pukul 08.00 secara daring.
Tampil sebagai pembicara pertama, Diana Setiyawati, M. H. Sc., Psy., Ph.D dengan topik “Using Visual Research Methods to Explore How Health Worker, Families, and Healers Work Together in Ghana and Indonesia”. Melalui topik tersebut, Diana menyampaikan hasil penelitian terkait dengan kerjasama antara mental health professional dan religious healer. Salah satu hal menarik dari penelitian tersebut adalah metode visual yang digunakan dengan pembuatan film. Hal tersebut menjadi suatu hal yang baru bagi dunia keilmuan psikologi, khususnya psikologi klinis.
Kemudian acara dilanjutkan oleh pembicara kedua, yaitu Prof. Kwartarini Wahyu Yuniarti, M. Med. Sc., Ph.D yang menyampaikan tentang “From Transpersonal Psychology to Clinical Hypnosis: Researching the Challenge in Psychotherapy”. Salah satu hal yang dijelaskan oleh Kwartarini melalui topik tersebut tentang “memegang memori”. “Jadi klo kita memegang suatu memori ditampar ayam kemudian emosinya negatif terus, makin lama makin besar. Ketika makin besar akan mengundang peristiwa yang menyakitkan”, terang Kwartarini. Peristiwa menyakitkan tersebut akan mengundang peristiwa menyakitkan lainnya yang menimbulkan emosi yang sama dengan emosi di awal. Dengan demikian, menurut Kwartarini, time is healing tidak berlaku dalam teori E=MC2.
Prof. Subandi, M.A., Ph.D sebagai pembicara terakhir membawakan pembahasan dengan topik “Recovery-Oriented Mental Health Early Psychosis”. “Nah, jadi yang saat ini akan dibahas adalah skizofrenia dari perspektif positifnya. Artinya, orang dengan skizofrenia itu memiliki harapan dan bisa memilih layanan pemulihan yang seperti apa”, ungkap Subandi. Menurut Subandi, ada tiga hal yang dapat mencegah kekambuhan skizofrenia pada level komunitas. Ketiga hal tersebut adalah psikoedukasi, mental health literacy, dan mengurangi stigma. Selain itu, langkah pencegahan juga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pencegahan universal dan pencegahan selektif.