Perkembangan Mutakhir dalam Penelitian Psikologi Klinis

Bersama dengan Kelompok Bidang Keahlian Psikologi Klinis, Program Doktor Ilmu Psikologi Fakultas Psikologi UGM mengadakan acara kursus intensif bertajuk “Perkembangan Mutakhir dalam Penelitian Psikologi Klinis” yang berlangsung selama 3 hari, mulai dari hari Senin-Rabu (8-10/3). Beberapa topik yang diangkat dalam acara ini meliputi “Current Issues in Diagnosis”, “Personality Disorders & Neuropsychology”, “Prevention & Early Detection for Psychosis”, “From Transpersonal Psychology to Clinical Hypnosis”, “Current Research in Depression, Self Harm & Suicide”, “Current Issues in Health Psychology”, dan “Advocacy in Mental Health System Development” yang dibahas oleh 15 narasumber berkompeten di penelitian bidang psikologi klinis. Selain itu, acara ini pun terbuka untuk umum, sehingga ada banyak orang yang hadir dari berbagai kalangan.

Sebelum masuk pada sesi materi, acara ini terlebih dahulu dibuka oleh Rahmat Hidayat, S.Psi., M.Sc., Ph.D. selaku Ketua Program Studi Doktor Ilmu Psikologi. Rahmat menjelaskan bahwa acara seperti ini tidak hanya diadakan oleh Kelompok Bidang Keahlian Psikologi Klinis saja, namun Kelompok Bidang Keahlian Psikologi lainnya. “Dengan demikian, kita berharap, apa yang kita diskusikan dalam kursus intensif itu merupakan area-area perkembangan frontis, area-area perkembangan mutakhir di masing-masing bidang”, ujar Rahmat.

Hari pertama, acara ini dimulai pada pukul 09.00 WIB dengan narasumber Prof. Drs. Subandi, M.A., Ph.D., Psikolog dan Tri Hayuning Tyas, S.Psi., M.A., Psikolog. Pada sesi ini, Subandi dan Tri menyampaikan terkait “Current Issues in Diagnosis”. Melalui topik ini, Subandi memaparkan bahwa diagnosis adalah hal yang sangat penting karena menjadi bahasa yang sama yang digunakan untuk beberapa profesi. Pada bidang klinis, antara psikiater, psikolog, perawat, dan lain sebagainya perlu memiliki bahasa yang sama. “Diagnosis itu akan banyak digunakan untuk treatment plan sampai memberikan treatment dan evaluasi”. Selain itu, diagnosis juga digunakan pada bidang ilmu pengetahuan lainnya, termasuk digunakan pada proses persidangan”, jelas Subandi.

Melanjutkan penjelasan Subandi, Tri menyampaikan bahwa reliabilitas diagnosis psikiatri di antara dokter yang berpraktik masih rendah. “Ada banyak kelemahan model diagnostik seperti yang DSM punya. Kalau satu sudah terputuskan, maka tidak mungkin terdiagnosa yang lain, kecuali terjadi apa yang disebut sebagai komorbiditas. Artinya dual diagnosis, atau bahkan mungkin ada yang triple. Meskipun jarang, tetapi bisa saja terjadi”, terang Tri. Namun demikian, DSM sudah melibatkan berbagai pihak, termasuk pihak non-profesional dengan proses belasan tahun melalui konferensi untuk mendapatkan masukan terkait pengkategorisasian.

Kemudian pada sesi kedua yang dimulai pukul 13.00 WIB disampaikan oleh Supra Wimbarti, M.Sc., Ph.D., Psikolog dan Restu Tri Handoyo, M.Psi., Ph.D., Psikolog. Wimbarti dan Restu berkesempatan menyampaikan tentang “Personality Disorders & Neuropsychology”. “Karena yang akan dibicarakan adalah neuropsikologi, maka saya akan mengawalinya itu dengan teori kepribadian dari Eysenck yang sebetulnya sudah beberapa puluh tahun yang lalu itu mengemukakan dasar biologis dari kepribadian”, jelas Supra. Sementara untuk gangguan kepribadian yang dijelaskan pada sesi ini, meliputi kepribadian ambang, narsistik, dan obsesif kompulsif.

Selanjutnya pada hari kedua, acara ini dimulai pada pukul 09.00 WIB dengan topik “Prevention & Early Detection for Psychosis” yang kembali disampaikan oleh Prof. Drs. Subandi., M.A., Ph.D., Psikolog dan Ardian Praptomojati, S.Psi., M.Psi., Psikolog. Subandi menerangkan bahwa psikosis/skizofrenia adalah salah satu gangguan mental yang serius dan digolongkan sebagai gangguan jiwa berat oleh Kemenkes. “Jadi sebenarnya sangat sedikit dibandingkan dengan prevalensi depresi, tetapi Skizofrenia diberikan perhatian yang lebih besar karena dampak yang diakibatkan oleh gangguan ini sangat serius”, tegas Subandi. Ardian pun melanjutkan penjelasan bahwa skizofrenia menjadi salah satu dari 10 penyebab utama disability-adjusted life years yang tidak hanya memberikan dampak fisik dan psikologis, tetapi juga memberikan dampak pada ekonomi.

Pada sesi kedua, acara dilanjutkan dengan topik “From Transpersonal Psychology to Clinical Hypnosis” yang dimulai pada pukul 13.00 WIB. Pada topik ini diisi oleh Prof. Kwartarini Wahyu Yuniarti, M.Med.Sc., Ph.D., Psikolog dan Satwika Rahapsari, S.Psi., M.A., R-DMT.

Kemudian pada hari ketiga yang merupakan hari terakhir dari diselenggarakannya acara ini dibuka pada pukul 08.00 WIB. Sesi pertama pada hari ketiga diisi oleh Prof. Dr. Sofia Retnowati, M.Si., Psikolog., Dr. Muhana Sofiati Utami, M.Si., Psikolog., dan Adelia Khrisna Putri, S.Psi., M.Sc dengan topik “Current Research in Depression, Self-Harm & Suicide”. Sofia menjelaskan bahwa depresi merupakan gangguan yang umum terjadi, “Kadang-kadang kita mungkin tidak mengenali karena depresi ini manifes dalam berbagai bentuk, terutama yang sekarang itu ada yang kita sebut dengan mask depression”.

Kemudian pada sesi kedua yang dimulai pada pukul 10.00 WIB dengan topik “Current Issues in Health Psychology”. Sesi ini diisi oleh Dr. Nida Ul Hasanat, M.Si., Psikolog., Dr. Esti Hayu Purnamaningsih, M.Si., Psikolog, dan Dr. Ira Paramastri. Melalui sesi ini, Nida menjelaskan bahwa antara disease, illness, dan sickness adalah hal yang berbeda. Disease merupakan penyakit sebagai bagian dari tubuh yang tidak sehat dan tidak berfungsi. Sementara Illness merupakan subjective feelings, perasaan seseorang ketika merasa ada yang tidak beres dalam tubuh dan sickness adalah sesuatu yang mempunyai implikasi sosial di dalam masyarakat. Terakhir, acara ini ditutup dengan topik “Advocacy in Mental Health System Development” yang diisi oleh Diana Setyawati, M.H.Sc., Ph.D., Psikolog dan Idei Khurnia Swasti, S.Psi., M.Psi., Psikolog.