Olimpiade Psikologi: UGM Menjadi Juara Umum Lagi

[smartslider2 slider=”3″]

Olimpiade Psikologi Nasional! Acara dua tahunan yang diselenggarakan oleh Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) ini akhirnya diselenggarkan kembali pada 13-14 November 2015. Seperti pada dua olimpiade sebelumnya, Surabaya masih menjadi tuan rumah pada olimpiade ketiga ini.

Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) tidak mau ketinggalan di dalam perhelatan tersebut. Apalagi pada kesempatan sebelumnya UGM berhasil menggondol juara umum. Tidak tanggung-tanggung, UGM mengirim peserta untuk seluruh cabang lomba yang ada (16 cabang). Oleh karena itu, tidak mengherankan jika total mahasiswa yang tergabung dalam kontingen UGM mencapai kurang lebih 60 orang dengan didampingi oleh dua orang staf pengajar.

Sebelum berangkat dari kampus tercinta, kontingen dilepas oleh dekan, wakil dekan bidang akademik dan kemahasiswaan, serta kasie. Akademik Fakultas Psikologi UGM (12/11). “Kami tidak menuntut kalian harus menang. Akan tetapi, jika menang, alhamdulillah. Semoga kita bisa vini, vidi, dan vici,” tutur dekan Fakultas Psikologi UGM, Supra Wimbarti kepada seluruh mahasiswa yang telah siap berangkat ke medan juang. Tidak lupa doa dipanjatkan secara khusyuk. Pengambilan foto bersama dengan piala juara umum olimpiade kedua pun dilakukan.

Selama kurang lebih 13 jam waktu yang harus kontingen UGM habiskan di dalam bus yang membawa mereka ke kota Surabaya. Akan tetapi, lamanya perjalanan tersebut tentu tidak mengurangi antusiasme keesokan harinya. Pembukaan (psychopening) dimana saat itu bendera Fakultas Psikologi UGM sempat dibentangkan terasa begitu cepat. Perlombaan demi perlombaan pun akhirnya selesai dijalani. Sampailah pada saat yang ditunggu-tungu: malam penutupan sekaligus pengumuman juara (psychoclosing).

Malam Minggu 14 November 2015 itu menjadi malam yang cukup mendebarkan. Bertempat di Universitas 17 Agustus Surabaya, kontingen UGM beserta kontingen dari banyak universitas lainnya berdebar-debar menanti jawaban dari pertanyaan; “siapa saja pemenang di tiap- tiap cabang?” dan “Universitas mana yang akan keluar menjadi juara umum?” Berbagai hiburan yang panitia persembahkan di awal psychoclosing tampaknya cukup mencairkan ketegangan yang ada, tetapi tidak dapat menghilangkan seluruh rasa penasaran dan deg-degan.

Pengumuman demi pengumunan berlalu. Sorak-sorai terdengar dari kontingen yang namanya disebutkan alias meraih juara 1/2/3 pada cabang yang sedang diumumkan. Segala puji bagi Tuhan semesta alam! UGM berhasil menyabet 4 emas (psychochess, psikologi dasar, eksperimen dasar, dan asesmen tumbuh kembang), 3 perak (psychodrama, psychovoice, dan psikodiagnostik), dan 2 perunggu (psychopaper dan psychotoys). Untuk kedua kalinya predikat juara umum dianugerahkan kepada UGM. Panggung berkarpet merah pun dipenuhi oleh mahasiswa berjas almamater ‘karung goni’. Mau tak mau jargon dan himne UGM terdengar di seantero ruangan yang dipenuhi ratusan orang tersebut.

Malam itu juga kontingen UGM kembali ke kota gudheg dengan memboyong piala kemenangan. Semua segera terlelap dengan rasa lelah sekaligus bahagia. Persiapan selama beberapa bulan akhirnya terbayar tuntas. Perasaan lega pun hadir karena mereka berhasil merealisasikan jargon yang mereka kumandangkan di hadapan universitas-universitas lain: “UGM: JUARA!” [Marsa]