Minim, Penelitian Tentang Kepribadian Ambang
Banyaknya perilaku berisiko dalam masyarakat, seperti perilaku atau ide bunuh diri, mudah menikah, mudah bercerai dan perilaku kambuh dalam menggunakan narkoba menguatkan dugaan makin banyak orang memiliki kriteria gangguan kepribadian ambang (KA). Perilaku semacam ini tidak hanya ditemukan di negara barat, namun juga di negara timur, termasuk di Indonesia.
Meski begitu, penelitian tentang gangguan kepribadian ambang (KA) ini masih sangat jarang dilakukan di Indonesia. Hal tersebut menjadikan pemahaman tentang determinan KA masih sangat terbatas, akibatnya penanganan untuk orang-orang dengan KA ini menjadi kurang tepat.
“Terlebih lagi ada anggapan KA mirip dengan gangguan jiwa yang lain sehingga seringkali orang dengan kepribadian ambang akan didiagnosis memiliki gangguan lain,” ujar Christin Wibhowo, S.Psi., M.Si, di Auditorium G-100 Fakultas Psikologi UGM, Jumat (1/3).
Christin, dosen Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata menyebut faktor trauma masa anak, kelekatan, penanganan proaktif dan dukungan sosial secara struktural berperan terhadap kepribadian ambang. Sementara penelitian masih terus dikembangkan karena subjek yang digunakan masih dalam lingkungan terbatas atau belum dibandingkan pada budaya yang berbeda.
Oleh karena itu, menurutnya, masih diperlukan analisis mendalam mengenai determinan KA. Sebab pandangan tentang KA dan penelitian-penelitian yang telah dilakukan selama ini masih mengacu pada budaya barat, dan belum menjelaskan tentang peran trauma masa anak, penanganan proaktif, kelekatan dan dukungan sosial terhadap KA.
“Oleh karena itu, perlu kiranya dilakukan penelitian tentang determinan KA, khususnya di Jawa Tengah, sebab berdasar catatan dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2015, Propinsi Jawa taengah menjadi provinsi dengan kasus bunuh diri dan kawin cerai terbanyak, dan perilaku-perilaku ini termasuk kriteria kepribadian ambang,” ucapnya, saat menjalani ujian terbuka Program Doktor Fakultas Psikologi UGM dengan disertasi berjudul “determinan Kepribadian Ambang”. (Humas UGM/ Agung)