Menyiapkan Masa Transisi Pembelajaran pada Anak

Jumat (12/11) Center for Life-Span Development (CLSD) UGM mengadakan Webinar dengan tema “School transitions experiences: Supporting children moving from online to offline learning”. Acara ini membahas tentang masa transisi yang dialami anak sekolah dari daring menuju luring seiring menurunnya jumlah kasus Covid-19. Acara berlangsung mulai pukul 15.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB. Acara ini diikuti oleh 60 orang peserta.

Pemateri acara ini adalah Prof. Iva Strnadova, Profesor Pendidikan Khusus dan Studi Disabilitas di University New South Wales, Australia. Ia juga menjadi vice president di NSW Chapter of the Australian Association for Special Education (AASE). Dimoderatori langsung oleh Kepala CLSD, Elga Andriana, S.Psi., M.Ed., Ph.D., Iva menjelaskan tentang dinamika yang dialami anak penyandang disabilitas dari masa transisi kelas daring menuju luring ataupun dalam menuju sekolah pada tingkatan berikutnya.

Pada sesi pertama Iva mengajak peserta webinar mengidentifikasi permasalahan apa saja yang dihadapi anak dan penyandang disabilitas. Dari hal tersebut Iva mengajak peserta untuk memahami bahwa perlu kerjasama yang baik dari berbagai pihak dalam usaha menyediakan semua kebutuhan penyandang disabilitas dalam menghadapi masa transisi. Iva menjelaskan bahwa segala usaha yang dilakukan untuk menfasilitasi siswa penyandang disabilitas harus dengan cara mendesain dan memproduksi bersama dengan mereka.

“Bagaimana membuat transisi mereka berhasil, mereka sangat membutuhkan proses dan transformasi ini. Ini bukan hanya tentang membaca literatur penelitian, bukan itu tidak berharga, tetapi sebenarnya bertanya kepada siswa penyandang disabilitas yang sebenarnya. Saya pikir kita terkadang lupa tentang ini,” terang Iva.

Selanjutnya Iva menerangkan empat poin penting dalam pembahasannya yaitu definisi transisi sekolah dan bagaimana itu dilihat selama rentang hidup. Yang kedua adalah bagaimana hasil riset transisi sekolah yang dialami penyandang disabilitas di masa pandemi. Poin ketiga adalah apa yang dibutuhkan siswa transisi sekolah saat bergerak dari pembelajaran daring menuju pembelajaran luring. Sedangkan yang terakhir adalah dukungan seperti apa yang diperlukan untuk semua siswa dari belajar secara daring menuju luring.

Dalam membahas tentang dinamika transisi, Iva menjelaskannya dengan beberapa model transisi yang diteorikan oleh para ahli. Iva mengawalinya dari OSERS 1984 transition model (Will’s Bridges) hingga Paula Kohler’s Model (Taxonomy of Transition Services, 2016).

Iva mengajak peserta mengenal model taksonomi Paula Kohler karena ini adalah satu dari dua model transisi yang didasarkan pada bukti ilmiah. Di dalamnya ada lima area kunci yang harus dilalui untuk bisa sukses dalam melakukan transisi.

“Setiap perencanaan transisi harus benar-benar berpusat pada siswa dan yang terpenting siswa benar-benar harus berpartisipasi aktif dalam perencanaan transisi ini,” terang Iva.

Untuk memperlancar fase transisi, determinasi diri juga penting. Pada penjelasannya Iva menjelaskan ada tiga elemen yang harus ada untuk dapat saling bersinergi mempermudah fase transisi pada anak. Tiga elemen itu adalah self-determination attitudes & beliefs, self-determination knowledge, dan self-determination skills.

Acara berlangsung dengan baik dari awal hingga akhir acara. Pemateri sangat interaktif dan selalu mengajak peserta webinar untuk turut berkontribusi dengan mengajak mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi anak pada masa transisi. Pemateri juga memberikan kesempatan peserta untuk bertanya secara langsung ataupun tertulis.

Tags: clsd