Kuliah umum menghadirkan Lusi Nuryanti, S. Psi, M. Si, Psi , kandidat doktor psikologi bencana di Universitas Leeds Beckett, Inggris. Berdasarkan penjelasan Lusi, bencana adalah gangguan fungsi yang tidak mampu diatasi oleh manusia. Bencana merupakan hasil interaksi antara tingkat bahaya (banjir, longsor, kebakaran hutan, dsb) dan tingkat kerentanan (fisik, demografis, lingkungan, ekonomi, dan pendidikan/informasi). Hingga tahun 1990-an, paradigma kebencanaan terbagi menjadi dua, yaitu (1) paradigma teknokratik yang menangani bencana dari segi teknis dan (2) paradigma struktural yang berfokus pada kerentanan. Kedua paradigma tersebut mulai bergeser menjadi mutually paradigm, paradigma yang memfasilitasi psikologi untuk ikut dalam penanganan kebencanaan.
Selama ini di dalam penanganan kebencanaan, psikolog masih berkutat di dalam tahapan respons seperti pemberian treatment. Padahal ilmu psikologi mampu berada di tahap yang lebih tinggi yaitu mitigasi, tahap untuk memperkecil risiko bencana. Psikolog dapat berkontribusi dalam tahap mitigasi dengan kemampuan berkomunikasi dan melakukan psikoedukasi terhadap masyarakat.
Setelah mengangkat tema persepsi masyarakat pascaerupsi merapi 2010 sebagai judul tesisnya, Lusi merasa bahwa kajian kebencanaan di Indonesia sangat penting. Hal ini dikarenakan Indonesia berada di daerah rawan bencana seperti gempa dan gunung meletus. Maka tidak heran jika Indonesia sering disebutkan dalam literatur kebencanaan. Namun sangat disayangkan literatur tersebut ditulis bukan oleh orang Indonesia. Padahal apabila terdapat literatur mengenai kebencanaan dan keadaan geografis Indonesia, penanganan psikologi kebencanaan akan lebih mudah diberikan kepada msyarakat luas. Semoga di masa depan lebih banyak penelitian dan buku mengenai psikologi kebencanaan. [Marsa, Alifah]