Gempa yang berkekuatan 7 SR terjadi di Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada tanggal 5 Agustus 2018 lalu. Sejak gempa terjadi, bantuan dan dukungan terus berdatangan untuk para korban. Salah satu bantuan tersebut dikirim oleh Universitas Gadjah Mada (UGM) berupa para relawan yang langsung diterjunkan ke tempat kejadian gempa. Relawan UGM tergabung menjadi beberapa kelompok yaitu Kagamacare dan Repsigama (Relawan Psikologi Gadjah Mada) serta Deru bersama Departemen Pengabdian Kepada Masyarakat (DPKM) UGM. Para relawan yang ikut berkontribusi berasal dari kalangan masyarakat umum yang berasal dari berbagai daerah dan mahasiswa serta alumni UGM yang berasal dari berbagai fakultas, salah satunya adalah Fakultas Psikologi.
Keberangkatan relawan UGM dibagi menjadi dua gelombang. Gelombang pertama diberangkatkan seminggu setelah gempa terjadi yaitu pada tanggal 13 Agustus 2018 dan dinamakan keberangkatan tanggap darurat. Pada keberangkatan ini para relawan menempuh perjalanan jauh menggunakan jalur darat ke Tanjung Perak dan kemudian dilanjut ke Lombok menggunakan kapal feri yaitu Kapal Legundi melalui jalur laut. Keberangkatan gelombang pertama bersama Kagamacare berjumlah 25 orang yang diantaranya berasal dari Fakultas Hukum, Fakultas Farmasi, Fakultas Kehutanan, FISIPOL, Jurusan Arsitektur dan terdapat 6 mahasiswa dari Fakultas Psikologi. Mahasiswa Fakultas Psikologi yang tergabung dalam keberangkatan pertama terdiri dari Nurmala Sari, Aria Notharia, Musfira Muslihat, Muhammad Fathan Mubin, Dita Novita Sari, dan Rizky Prasetya Adisurya.
Berbeda dengan relawan yang sebelumnya, relawan yang bergabung dengan Repsigama, Deru, dan DPKM UGM berangkat dalam gelombang kedua. Keberangkatan menuju Lombok menggunakan pesawat dan dilanjut dengan travel menuju posko relawan. Relawan tersebut terdiri dari 10 mahasiswa Fakultas Psikologi, 4 mahasiswa Jurusan Kebidanan, dan 2 orang pendamping DPKM. Mahasiswa Fakultas Psikologi yang tergabung dalam keberangkatan ini adalah Firyal Nur Karimah, Syarifa Yurizdiana, Alexander Bima Andika, Kusuma Amir, Oswindra Odhya H, Muhammad Nabhan Husein, Adella Savira, Rahmayanti, Claudia Zulfiana P, dan Dewi Ratna Nofita. Para relawan dalam gelombang kedua berangkat pada tanggal 27 Agustus 2018, bertepatan dengan penarikan relawan gelombang pertama.
Selain relawan, UGM juga menghadirkan KKN Peduli Bencana untuk membuat program-program pengabdian masyarakat sekaligus percepatan pemulihan Lombok setelah terkena bencana gempa. Kegiatan relawan UGM berkolaborasi antar satu kelompok dan berfokus pada program-program yang dibuat oleh KKN Peduli Bencana. Kegiatan tersebut dibagi menjadi empat, yaitu teknis, medis, sosial, dan posko. Pembuatan pipa air dan pembangunan masjid menjadi prioritas utama teknis dikarenakan air yang sangat dibutuhkan untuk keperluan sehari-hari dan masjid karena mayoritas masyarakat adalah muslim.
“Di awal-awal, ada juga bagian destroyer atau penghancur sisa-sisa bangunan dan robohan agar menjadi rata dan tanah bisa digunakan kembali untuk dibangun rumah. Selain itu, kegiatan sempat berfokus pada dapur umum untuk para pengungsi dan relawan UGM yang tergabung dalam satu posko. Namun, sekarang sudah ada lebih dari satu posko, sehingga pengungsi dan relawan UGM sudah memiliki posko masing-masing.” Ujar Nurmala Sari, salah satu relawan yang tergabung dalam relawan gelombang pertama.
Di bidang medis ada kegiatan pencegahan penyebaran wabah penyakit dan pemeriksaan kesehatan. Sedangkan untuk kegiatan sosial ada sekolah darurat dan pendekatan kepada kalangan anak-anak dan orangtua.
“Di bidang sosial ini, relawan dari Fakultas Psikologi paling berperan aktif. Kegiatan seputar bersama anak-anak untuk menghilangkan rasa tidak nyaman akibat gempa dengan mendongeng, menggambar, mewarnai, outbond, dan bercerita. Untuk kalangan orangtua sendiri, relawan UGM menjadi teman untuk mereka bercerita dan mengobrol. Namun sayangnya, kami terkendala dengan masalah komunikasi karena mereka menggunakan bahasa daerah dan hanya sedikit sekali relawan UGM yang bisa dan mengerti bahasa tersebut. Kegiatan sosial lainnya juga meliputi pariwisata dan ekonomi seperti pembukaan jalur Rinjani dan pengolahan produk dari kacang mete untuk meningkatkan nilai jual.” Jelas Firyal Nur Karimah.
Relawan UGM gelombang kedua ditarik kembali ke UGM pada tanggal 7 September 2018 dan masyarakat yang menjadi korban gempa merasa sangat terbantu akan kehadiran para relawan dari UGM.