Mahasiswa Doktoral UGM Kembangkan Inventori Minat Vokasional

Mahasiswa doktoral UGM, Firmanto Adi Nurcahyo, mengembangkan inventori minat vokasional berdasar bentuk teoretis Holland. Inventori ini bermanfaat untuk mengetahui minat vokasional seseorang sebagai dasar dalam pemilihan jurusan studi serta pekerjaan. “Pengetahuan akan minat vokasional diperlukan dalam pemilihan jurusan studi serta pekerjaan. Namun demikian, tidak semua individu mampu mengenal minatnya,” tuturnya saat mengikuti ujian terbuka program doktor di Fakultas Psikologi, Senin (21/1). Persoalan seperti ini, terangnya, banyak dialami oleh kaum remaja yang sedang menempuh atau baru saja lulus pendidikan pada taraf SMA yang mengakibatkan mereka mengalami kebingungan dalam menentukan jurusan pendidikan lanjutan yang hendak dijalani. Pengembangan inventori minat berbasis teori Holland telah dilakukan di berbagai negara. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana teori yang dikembangkan di Amerika dapat dipakai di negara lain. Pengembangan alat ukur minat, ujarnya, tak lepas dari berbagai kendala. “Alat ukur yang dikembangkan di budaya Amerika memunculkan poin-poin yang dipahami oleh orang Amerika saja. Hal ini tentunya menjadi masalah ketika poin tersebut digunakan pada negara atau budaya lain,” jelas Firmanto. Kendala pengembangan inventori minat di antaranya terkait dengan poin berupa nama pekerjaan yang bisa berbeda antara satu negara dengan negara lainnya, terbatasnya pembuktian validitas, serta banyaknya jumlah soal yang menyebabkan diperlukannya waktu yang cukup lama dalam pengerjaannya. Kendala-kendala inilah yang berusaha diatasi Firmanto dalam penelitian yang ia lakukan untuk mengembangkan alat ukur minat berdasarkan teori Holland, di antaranya dengan tidak menggunakan nama pekerjaan sebagai soal, tetapi menggunakan aktivitas. Selain itu, pembuktian validitas dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa cara yakni validitas isi, kontrak, serta keterkaitan dengan alat ukur lain. Inventori minat yang dikembangkan dalam penelitian ini juga dirancang memiliki jumlah poin yang sedikit, namun memiliki properti psikometrik yang baik. “Item-item inventori minat vokasional diwujudkan dalam bentuk gambar yang dibuat berdasarkan konstrak teoretis Holland. Gambar-gambar dalam penelitian ini benar-benar dibuat baru dan melalui beberapa proses validasi dalam pengembangannya,” terang pengajar di Universitas Pelita Harapan Surabaya ini. Penggunaan gambar, menurutnya, memiliki kelebihan dibandingkan dengan pernyataan karena tidak mensyaratkan kemampuan membaca dari subjek. Selain itu, item berupa gambar dapat memberikan informasi mengenai lingkungan serta aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan tertentu. “Item berupa gambar juga dinilai lebih mendekati dunia nyata dibandingkan item berupa pernyataan. Penyajian stimulus dalam bentuk gambar dianggap menyenangkan, mudah digunakan, serta bersifat mendidik,” imbuhnya. (Humas UGM/Gloria)