Senin (29/11) Center for Public Mental Health kembali mengadakan seri kuliah online terbuka untuk umum. Tema yang diangkat kali ini adalah “Pencegahan bunuh diri”, sebuah isu aktual yang sering mendapatkan perhatian public namun belum banyak pengetahuan bagaimana mencegah dan menanggulanginya.
Acara ini berlangsung mulai pukul 13.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB. Acara ini dihadiri oleh 70 peserta dari kalangan mahasiswa dan umum.
Pemateri pertama pada acara ini adalah Nurul Kusuma Hidayati M.Psi., Psikolog , manager CPMH yang juga aktif sebagai psikolog di Unit Konsultasi Psikologi (UKP) Fakultas Psikologi UGM dan di Gadjah Mada Medical Center (GMC). Sedangkan pemateri kedua adalah Wirdatul Anisa, M.Psi., Psikolog, peneliti aktif di CPMH yang juga aktif sebagai psikolog di Unit konsultasi Psikologi (UKP) Fakultas Psikologi UGM dan di Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan (BKPP) Kabupaten Sleman.
Pada acara kuliah online ini Nurul dan Anisa memberikan penjelasan pada peserta tentang apa saja tanda-tanda yang harus dipahami sebagai indikasi orang mempunyai motivasi bunuh diri. Dari penjelasan itu kedua pemateri mengharapkan kepada peserta untuk memahami dan peka terhadap indikasi motivasi bunuh diri dari orang-orang di sekitarnya sehingga setiap orang bisa menjadi pencegah terjadinya bunuh diri.
Pada presentasi awal Nurul memaparkan tentang data faktual tentang upaya bunuh diri di Indonesia. Dari 20 orang yang melakukan percobaan bunuh diri, satu diantaranya meninggal karena bunuh diri. Untuk membendung angka percobaan bunuh diri, Nurul menekankan bahwa setiap orang idealnya bisa memberikan pertolongan pertama pada gejala psikologis percobaan bunuh diri.
“Yang diharapkan tidak hanya para psikolog saja, karena ketika kita bicara tentang pertolongan pertama psikologis, diharapkan semuanya bisa menjadi penolong pertama. Diharapkan semuanya bisa menjadi first aider,” terang Nurul sambil menjelaskan bahwa pertolongan ini bisa dilakukan di berbagai setting misalnya di komunitas, pendidikan, ataupun keluarga.
Beberapa hal yang bisa dicermati oleh orang awam bahwa itu bisa merupakan tanda-tanda orang mempunyai motivasi melakukan upaya bunuh diri adalah terlihat pada perubahan perilaku, suasana hati, dan penampilan. Sebagai contohnya adalah seseorang merasa tidak ada harapan, tidak berarti dan kesepian. Beberapa contoh lainnya adalah perasaan bersalah, keberadaannya adalah beban, dan perasaan benci pada diri sendiri.
“Kemudian beberapa gangguan. Gangguan tidur, kemudian nanti juga mungkin gangguan pola makan, gitu. Hal-hal yang itu mungkin berubah. Kemudian yang paling ini adalah keinginan atau hasrat untuk mati. Berdoa agar diambil nyawanya,” Terang Nurul.
Selanjutnya pemateri kedua, Anisa menambahkan bahwa walaupun hanya gejala kecil dan itu belum tentu tanda-tanda ke arah upaya percobaan bunuh diri, hendaknya tetap harus menjadi perhatian bagi kita semua. Anisa menyarankan kita untuk bisa mendampingi OKBD (orang dengan kecenderungan bunuh diri) lebih dekat untuk memberikan perhatian. Menanyakan kabar dan memastikan kondisinya juga merupakan usaha kecil yang sangat bermanfaat.
“Jadi dalam melakukan pendekatan ini, meskipun itu hanya kecurigaan kecil, kita tetep perlu untuk segera bertindak. Tadi ngaruhke, menanyakan kabar, kemudian memastikan kondisinya. Statusnya aneh atau mungkin postingannya, ada apa gerangan dan sebagainya,” jelas Anisa.
Dalam menghadapi OKBD memang butuh keterampilan komunikasi yang bagus dan luwes. Kita tidak boleh menjustifikasi keinginan bunuh diri dan sebaliknya kita juga tidak boleh menyalahkan orang dengan keinginan tersebut. Anisa menjelaskan bahwa kita bisa meyakinkan OKBD bahwa banyak alternatif jalan yang bisa dipilih selain bunuh diri.
“Jadi kita juga bisa yakinkan ke dia bahwa yaitu, memang kamu bisa aja punya pikiran seperti itu. Tapi bukan berarti itu satu-satunya jalan yang harus dilakukan. Kita bisa kok cari cara lain untuk mengatasi itu,” terang Anisa dalam memberi contoh komunikasi dengan OKBD.
Untuk melengkapi presentasinya pemateri juga membagikan e-book pedoman pertolongan pertama psikologis pada upaya bunuh diri yang tersedia dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Buku ini menjadi pedoman bagi masyarakat umum untuk menjadi penolong pertama pada kasus-kasus upaya bunuh diri.