Jumat (18/6) Fakultas Psikologi UGM dan Center for Public Mental Health (CPMH) mengadakan acara Kuliah Online: “Overthinking dan kesehatan mental”. Acara ini merupakan rangkaian kuliah online yang rutin diadakan CPMH dengan berbagai macam tema tentang kesehatan mental dan terbuka untuk umum.
Acara ini berlangsung pada pukul 09.00 WIB hingga pukul 11.00 WIB. Peserta yang hadir dalam acara ini adalah 190 orang.
Pemateri acara ini adalah dua psikolog dari UGM. Pemateri pertama adalah Nurul Kusuma Hidayati M.Psi., Psikolog , leader dan manager di CPMH yang juga aktif sebagai psikolog di Unit Konsultasi Psikologi (UKP) Fakultas Psikologi UGM dan di Gadjah Mada Medical Center (GMC) UGM. Sedangkan pemateri kedua adalah Wirdatul Anisa, M.Psi., Psikolog, peneliti aktif di CPMH yang juga aktif sebagai psikolog di Unit konsultasi Psikologi (UKP) Fakultas Psikologi UGM dan di Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan (BKPP) Kabupaten Sleman.
Pada sesi awal pemateri memulai dengan menjelaskan definisi overthinking. Definisi yang tepat memberikan gambaran awal bagaimana seharusnya overthinking itu disikapi sekaligus membedakannya dengan berpikir yang sehat. Dengan itu diharapkan peserta bisa mendeteksi kapan overthinking itu muncul.
“Salah satu yang terpenting adalah kita menjadi lebih aware terhadap pikiran kita, (sehingga kita sadar) kapan kita melakukan overthinking,” jelas Nurul.
Selanjutnya, Anisa menjelaskan dua bentuk overthinking yaitu ruminasi dan khawatir (worry). Ruminasi adalah pikiran yang disebabkan pada sesuatu yang sudah terjadi sedangkan worry adalah pikiran yang disebabkan sesuatu yang belum terjadi. Keduanya sebenarnya bermanfaat jika dilakukan dengan proporsional dan sebaliknya akan merugikan jika kadarnya berlebihan.
“Jadi baik ruminasi atau worry ini sebenernya sama-sama merupakan bentuk proses berpikir yang dilakukan secara terus menerus dan terpaku pada hal-hal yang negatif,” tutur Anisa.
Selanjutnya, pemateri juga menjelaskan tentang keterkaitan antara pikiran, perasaan dan perilaku dalam kaitannya dengan overthinking. Ruminasi dan khawatir juga berkaitan dengan depresi dan juga meningkatkan afek negatif.
“Jadi kalau afek negatif itu perasaan-perasaan yang cenderung negatif dan kemudian menurunkan perasaan-perasaan yang positif,” Jelas Anisa.
Pemateri juga berpesan kepada peserta untuk tidak mencurahkan hati di media sosial karena hal itu tidak akan menyelesaikan masalah. Tanggapan dari pengguna media sosial yang tidak sesuai dengan yang diharapkan akan menimbulkan overthinking selanjutnya. Oleh sebab itu pemateri menekankan pada peserta untuk tidak enggan datang ke psikolog jika mengalami masalah agar mendapatkan penanganan profesional.
“Nggak usah menunggu sampai parah banget. Kalau temen-temen sudah merasa nggak nyaman, pengen segera butuh bantuan untuk mengelola overthinking. Ya udah, feel free untuk datang ke psikolog,” terang Nurul.
Pada sesi terakhir pemateri memberikan beberapa strategi intervensi untuk mengurangi overthinking. Beberapa diantaranya adalah relaksasi progresif, menggerakkan tubuh dan mendekatkan diri dengan orang lain. Strategi lainnya adalah restrukturisasi kognitif yaitu merekam, menantang, dan mencari alternatif dari overthinking yang terjadi.