Jumat (17/12) Fakultas Psikologi UGM bekerjasama dengan Center for Public Mental Health (CPMH) mengadakan Kuliah Online yang mengangkat topik “Kesepian dan Kesehatan Mental”. Topik tersebut dibawakan oleh dua narasumber yang sudah sering mengisi acara Kuliah Online CPMH, yaitu Nurul Kusuma Hidayati, M.Psi., Psikolog dan Wirdatul Anisa, M.Psi., Psikolog. “Temanya sebenarnya sudah banyak dibahas oleh banyak pihak, apalagi kalau kita berselancar di Instagram”, ujar Nurul di awal acara.
Alasan topik kesepian menjadi pembahasan di acara Kuliah Online kali ini karena kesepian bukan hal yang sepele meskipun bukan termasuk ke dalam gangguan mental. Akan tetapi, kesepian jika tidak dicermati secara serius tidak menutup kemungkinan akan berujung pada masalah kesehatan mental. “Kesepian dan kesehatan mental adalah dua hal yang saling berkaitan”, jelas Nurul.
Kesepian dapat mengganggu kesehatan mental dan masalah kesehatan mental menyebabkan kesepian. Sudah banyak penelitian sebelumnya yang membuktikan bahwa kesepian dan kesehatan mental memiliki keterkaitan satu sama lain. Kesepian selalu dikaitkan dengan kualitas tidur yang buruk, depresi, gangguan kepribadian, sampai semakin tinggi kesepian yang dirasakan, maka semakin rendah kualitas hidup seseorang.
Kesepian, terutama di masa pandemi ini menjadi fenomena yang sering muncul, “bahkan seorang introver pun merasa kesepian di tengah pandemi ini karena bagaimana pun juga setiap orang membutuhkan hal dan keinginan untuk berkembang”, ungkap Nurul.
Ada banyak fenomena kesepian di berbagai negara, termasuk di Indonesia yang melaporkan bahwa mahasiswa berusia 19-22 tahun merasakan kesepian sebagai sebuah konsekuensi selama isolasi di masa pandemi.
Menurut American Psychological Association atau APA, kesepian dapat diartikan sebagai ketidaknyamanan atau kegelisahan yang disebabkan oleh kondisi kesepian atau persepsi individu bahwa dirinya sendiri atau menyendiri pada tingkat afektif dan kognitif. “Jadi memang perasaan kesepian berkaitan dengan persepsi seseorang tentang hubungan yang mereka miliki”, terang Wirdatul. Hal tersebut yang dapat menjelaskan fenomena dimana seseorang merasa kesepian meskipun memiliki banyak teman di sekitarnya.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk dapat mengatasi kesepian, seperti merekonstruksi pikiran negatif di balik perasaan kesepian, meningkatkan keterampilan sosial, meningkatkan dukungan sosial, memperbanyak interaksi, termasuk nostalgia. “Ini hanya sebuah gambaran saja, jika teman-teman memiliki cara lain di luar apa yang sudah dijelaskan dalam mengatasi kesepian, maka itu tidak masalah”, jelas Nurul.