Rabu (27/4) Center for Public Mental Health Fakultas Psikologi UGM mengadakan kuliah online atau bisa juga disebut dengan kulon. Acara yang dimulai pada pukul 13:00 WIB diisi oleh Nurul Kusuma Hidayati, M.Psi., Psikolog dan Wirdatul Anisa, M.Psi., Psikolog. Topik yang disampaikan kali ini adalah “Kesehatan Mental Anak dan Remaja” secara daring. “Semakin kesini, semakin kita terbukakan oleh banyaknya kasus depresi yang dialami oleh anak SMA ke bawah”, ungkap Nurul.
Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan UNICEF, bahwa remaja di Indonesia sudah tidak memiliki minat beraktivitas dan depresi. Menurut Nurul, Gejala depresi jika tidak segera ditangani akan benar-benar menjadi gangguan mental. Temuan lagi juga mengungkapkan bahwa pandemi COVID-19 membuat anak berpotensi mengalami depresi 2x lipat berisiko. “Mengapa anak? Karena anak belum cukup memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan baik”, jelas Nurul.
Anak dan remaja yang mengalami tekanan psikologis disebabkan oleh beberapa hal, seperti tidak ada hubungan emosional yang dekat dengan keluarga, menjadi korban konflik rumah tangga, mengalami perpisahan maupun kehilangan, mengalami kekerasan, perundungan, dan lain sebagainya. Apabila tekanan psikologis yang dialami oleh anak dan remaja tidak segera ditangani, tidak menutup kemungkinan akan mengalami gangguan mental. Beberapa gangguan mental yang umum terjadi pada anak dan remaja, antara lain ADHD, autis, gangguan perilaku, gangguan belajar spesifik, gangguan makan, PTSD, gangguan kecemasan, gangguan suasana hati, kecanduan, dan psikosis.
“Hal yang terlewat oleh orang-orang dewasa di sekitar anak dan remaja adalah bagaimana mereka (orang-orang dewasa) mendampingi anak dan remaja untuk belajar dari masalahnya”, ungkap Wirdatul. Terkadang orang-orang dewasa hanya sekedar membiarkan agar anak dan remaja tersebut tumbuh dan berkembang dari masalah yang dihadapi, namun orang-orang dewasa lupa bahwa anak dan remaja masih perlu pendampingan dalam menghadapi masalahnya.
Masalah kesehatan dan gangguan menta dapat ditangani, dengan cara mendekati dan berbicara tentap apa yang mereka rasakan serta pikirkan tanpa penghakiman. “Ketika terjadi perubahan perilaku-perilaku yang signifikan pada anak dan remaja, maka orang dewasa di sekitarnya perlu untuk menanyakan karena perilaku yang ditampilkan adalah cara anak dan remaja berkomunikasi dengan orang di sekitarnya”, jelas Wirdatul.