Center for Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi UGM melaksanakan Kuliah Online (KulOn) dengan topik “A sampai Z Gangguan Mental dan Perilaku Bunuh Diri”. Topik tersebut dibersamai oleh dua narasumber, yaitu Nurul Kusuma Hidayati, M.Psi., Psikolog dan Wirdatul Anisa, M.Psi., Psikolog. Topik KulOn kali ini disampaikan dengan dalam bentuk QnA, yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sebelumnya sudah masuk dan disampaikan audiens tanpa adanya penyampaian materi panjang dari para narasumber.
Namun, sebelum memulai menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sudah masuk, Nurul kembali mengingatkan para partisipan yang hadir dalam KulOn mengenai empat pilar penopang, “Jadi, ketika kita berbicara tentang kesehatan jiwa, maka kita berbicara empat pilar penopang dan empat pilar penopang tersebut bersifat aktif dan harus diupayakan agar tetap berdiri”.
Selain meningatkan tentang empat pilar penopang, Nurul juga mengingatkan tentang salah satu faktor protektif yang dapat dikembangkan dan diupayakan adalah literasi kesehatan mental. Semakin tinggi literasi kesehatan mental, maka semakin tinggi kemampuan memahami diri sehingga lebih peka dan dapat melakukan deteksi dini terkait gangguan kesehatan mental. “Literasi kesehatan mental yang minim sekali di masyarakat menyebakan kesenjangan penanganan yang begitu besar”, ungkap Nurul.
Setelah menjelaskan beberapa hal terkait gangguan mental dan perilaku bunuh diri, para narasumber mulai menjawab satu per satu pertanyaan yang masuk. Salah satunya mengenai kenapa individu bisa sampai memiliki keinginan untuk bunuh diri dan Wirdatul menjawab dengan menganalogikan sebuah tiang yang menopang suatu beban. “Individu yang memiliki keinginan atau pikiran bunuh diri ibaratnya sedang menghadapi beban yang besar, tetapi tiang yang menyokong beban itu sedang rapuh”, jelas Wirdatul.
Beberapa faktor yang membuat tiang itu rapuh disampaikan oleh Wirdatul seperti, faktor sosial, memiliki pengalaman yang traumatis, memiliki diagnosis gangguan mental tunggal maupun komorbid, penyalahgunaan zat-zat dan alcohol, ketidakmampuan dan keengganan dalam meminta bantuan, serta tingkat religiusitas seseorang.
Di akhir sesi, ditutup dengan pertanyaan tentang bagaimana kiat sederhana untuk memiliki mindfull agar tidak mudah terpecah pikirannya dan kembali teringat untuk melakukan bunuh diri. “Punya rutinitas dan catatan. Jadikan diri sendiri sebagai individu yang membutuhkan catatan supaya yang dilakukan tersistematis”, jawab Nurul.
“Pikiran itu liar dan seseorang bisa saja mengalami kemunculan pikiran negative yang tiba-tiba. Sekalinya satu pikiran negatif muncul, maka akan memancing pikiran negatif lainnya untuk muncul. Oleh karena itu, menulis dan memiliki catatan adalah salah satu cara untuk menata dan merapikan pikiran-pikiran (liar) itu serta meminimalkan melakukan aktivitas multitasking”, tambah Wirdatul.