Untuk ketiga kalinya Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan Sekolah Kawruh Jiwa Ki Ageng Suryomentaram (KAS). Sekolah KAS diselenggarakan pada 3-6 September 2015 oleh Fakultas Psikologi UGM bekerja sama dengan unit CICP (Center for Indigenous and Cultural Psychology).
Sekolah Kawruh Jiwa Ki Ageng Suryomentaram (KAS) adalah serangkaian kegiatan dengan konsep sekolah dengan seminar, diskusi dan workshop yang mengaplikasikan ajaran kawruh jiwa Ki Ageng Suryomentaram. Kegiatan yang berlangsung selama empat hari bertururt-turut ini diisi oleh narasumber yang telah berpengalaman di bidangnya untuk membantu peserta memahami ajaran kawruh jiwa dan meningkatkan kualitas hidup dalam keseharian.
Pembukaan sekolah KAS dihadiri oleh Dekan Fakultas Psikologi, Dr. Supra Wimbarti M.Si dan Ketua CICP, Dr. Wenty Marina Minza, S.Psi., M.A. Selain kehadiran pihak Fakultas Psikologi, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat DIY, H Yoeke Indra Agung L membuka kegiatan dengan pemukulan gong. Di dalam sambutannya Yoeke menyebutkan bahwa ajaran Ki Ageng Suryomentaram dapat menjadi salah satu keistimewaan DIY. “Mungkin saja kedepannya dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan DPR DI”, tutur Yoeke.
Sekolah KAS mengajarkan ajaran kawruh jiwa dari Ki Ageng Suryomentaram, anak ke-55 dari Sri Sultan Hamengkubuwono VII. Beberapa di antara ajaran Kawruh Jiwa tersebut yaitu kawruh begja, aku-karep-kramadhangsa, dan manungsa tanpa tenger. Sekolah KAS tidak hanya mengajarkan teori kawruh jiwa, tetapi juga dari sisi aplikatif, misalnya mulur mungkret sebagai metode strategi coping dan aplikasi dalam community development. Materi tersebut disampaikan dengan metode ceramah dan diskusi, persis seperti di sekolah. Sang guru alias narasumber dari berbagai dosen dan praktisi psikologi yang berpengalaman di bidangnya.
Selain teori dan aplikasi, di tahun ketiga Sekolah KAS mengadakan inovasi sebagai praktek atau implikasi dari pembelajaran di kelas. Peserta yang berasal dari kalangan akademis dan praktisi akan berkunjung ke dukuh Balong, Sewon, Bantul. “Dalam kegiatan ini peserta berkesempatan untuk berinteraksi dengan masyarakat yang mengaplikasikan ajaran Ki Ageng Suryomenataram dalam kehidupannya”, ungkap Rahmat F Tuasikal, S.Psi., MT selaku ketua panitia.
Layaknya sekolah, di akhir rangkaian kegiatan (6/9) peserta menerima ‘ijazah’ dari ketua panitia dan Dewan kurikulum Sekolah KAS. Acara ditutup dengan pekikan jargon oleh peserta dan panitia, yaitu “Langgeng Bungah-Susah” yang berarti kesenangan dan kesedihan akan datang silih berganti secara terus menerus. Dengan demikian berakhirlah kegiatan Sekolah Kawruh Jiwa Ki Ageng Suryomentaram angkatan III, harapannya agar ilmu yang diterima dapat diapikasikan dan bermanfaat dalam kehidupan serta semakin melestarikan ajaran psikologi yang berorientasi kearifan lokal. “Semoga ajaran KAS tidak hanya dikenal di dalam negeri, tetapi juga luar negeri”, harap Wenty. [Marsa, Alifah]