KDM Promovendus Club: Food Choice and Sugar Intake

Promovendus Club Program Doktor Ilmu Psikologi UGM kembali menyelenggarakan acara Kolokium Dua Mingguan (KDM) dengan mengangkat topik Food Choice and Sugar Intake: Promoting Healthy Eating in the Obesogenic Environment through Priming and Nudging Methods” (18/11). Topik tersebut dibahas oleh pembicara utama, yaitu Ana Undarwati Ph.D yang merupakan dosen dan peneliti di Universitas Negeri Semarang. Tujuan diadakannya acara ini adalah menjadi wadah informasi dan berbagi terkait penelitian-penelitian yang telah dilakukan dengan menghadirkan narasumber-narasumber berkompeten. Selain itu, kegiatan KDM kali ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Dies Natalis Fakultas Psikologi UGM ke-58.

“Terima kasih, pagi ini pesertanya cukup banyak, luar biasa. Walaupun secara daring, kami dari Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, khususnya Program Studi Doktor Ilmu Psikologi mengucapkan salam dan terima kasih atas antusiasme Bapak dan Ibu semua hadir dalam acara pagi hari ini”, sapa Edilburga Wulan Saptandari, Ph.D Psikolog selaku Ketua Program Studi Doktor Ilmu Psikologi.

Pada awal acara, Ana mengajukan pertanyaan kepada peserta mengenai diet, “Apakah Bapak atau Ibu sedang menjalani program diet? Tidak apa-apa dijawab dalam hati karena sebenarnya pertanyaan ini juga sensitif buat saya”. Ana mengaku bahwa bertahun-tahun menjalani program diet dan tidak berhasil. “Sehingga dari trauma diet itulah saya mempunya ide untuk mengulik-ulik tentang ini (diet)”, ungkap Ana.

Menurut Ana, tiap-tiap dari individu pasti pernah memiliki pemikiran untuk mengatur pola makannya. “Saya akan memulai dengan sharing pengalaman diet”. Ana bercerita bahwa ia pernah memulai untuk berdiet selama 6 tahun setelah melahirkan, tetapi tidak ada hasil yang signifikan. Padahal masalah diet ini adalah masalah jangka panjang yang nantinya jika tidak diatur akan menyebabkan kelebihan berat badan bahkan obesitas.

“Jadi ada yang bilang bahwa obesitas adalah silent killer. Kalau sekarang makan enak seperti kue, mungkin efeknya tidak akan langsung saat itu juga. Akan tetapi, ketika itu (makan kue) menjadi kebiasaan, maka akan berefek jangka panjang”. Ditambah faktor lingkungan juga menjadi pendukung atau justru menghambat dari program diet atau bisa disebut dengan gap attention dan behavior. Bahkan bisa dibilang, lingkungan saat ini adalah obesogenic environment yang artinya akses dan ketersediaan sangat mudah, trend makanan yang cepat berganti, dihadapkan dengan berbagai pilihan makanan yang fatty dan dengan porsi yang besar.

Dari penelitian yang dilakukan oleh Ana, dapat didapati informasi bahwa the fake food (study 1) provided evidence than non-conscious cognitive routes intervention (i.e., implicit priming) potentially works better for individuals with a higher BMI. Nudging is more effectively applied in an individual context compared to when in a group context (sweetened tea experiment study: study 2). Combining nudging and competition interventions potentially reach a saturation effect.

 

Photo by Faran Raufi on Unsplash