Kabar dari Borås

Anggita Dian Cahyani, salah satu dari dua mahasiswa Fakultas Psikologi UGM yang mengikuti program pertukaran pelajar di Universitas Borås, Swedia menceritakan pengalamannya ketika menjalani hari – hari pertama di Borås . Berikut ceritanya :

Awal mula di Borås…
Borås adalah sebuah kota (kecil) di Swedia. Letaknya di Utara Götenberg . Kesan pertamaku menginjakkan kaki di Borås adalah… ”Hm..dingin, ya!” Tapi, suer, Borås adalah kota yang cukup memikat. Karena gak begitu luas, jadi walkable kemana-mana. Bahkan minggu pertamaku disini, aku jalan kaki kemanapun. Walaupun kecil, tapi semuanya ada disini. Tempat belanja, stasiun, terminal, bioskop, apa aja deh.. (Jadi gak kayak Bantul, hehehe ).

Waktu aku datang, Borås sedang hujan. Bahkan ada semacam jokes, ”Borås is raining city. Never go to Borås without umbrella in your bag!” Terpaksa lah dengan mental yang masih “ sedikit-sedikit maen kurs”, beli payung dengan sedikit berat hati karena lumayan mahal walaupun esoknya telah hunting yang termurah.
Aku tinggal di apartemen, tepatnya sih flat atau disini disebut studentrum. Letaknya agak jauh dari sekolah (Högskolan), sekitar 25 menit jalan kaki. Flatku terdiri dari 7 lantai, dan aku sendiri tinggal di Lantai 3. Satu lantai ada 3 koridor. Di lantaiku ada 11 orang plus 2 lagi baru datang. Mereka adalah, Young, Chinese tapi lahir dan berkebangsaan Swedia; Helen dari UK; Anna T dan Anna A asli Swedia (Anna adalah nama yang populer sekali di Swedia); Alex dari UK; Kathryn dari UK juga; Dimitri dari Rusia; Sara gadis Italia; Petri juga asli Swedia; Olive (dari mana hayoo?); dan yang baru datang, Clement dan Viktor dari Nigeria (mereka itu saudara, tapi, gila, masa 1 kamar buat berdua!). Semuanya student, hanya Young dan Clement yang udah master. Young, Helen, dan double Anna adalah temen sekoridorku. Dalam satu lantai, ada 1 livingroom dengan tv, kitchen yang lengkap ( kulkas, freezer, kompor, oven, microwave, loker ), laundry yang juga lengkap (washing machine plus 2 drier plus tempat seterika), lalu gudang yang isinya barang2 khas gudang: sapu alat pel, dan vacuum cleaner. Jadi kita musti share sama teman-teman 1 lantai. Disini, untuk akses ke suatu tempat kebanyakan pake nomor kode, seperti kalau mau masuk dapur. Di koridor ada 3 toilet, dan 1 shower,. Jadi musti share juga. Kamarku lumayan sih, ukurannya 10 m2 . Udah ada perabotan: tempat tidur + matras, meja belajar, meja kecil, bedboard, fatölj (kursi baca), build-in wardrobe, lampu baca, 2 lampu tempel, 1 lampu ruang, jendela besar, mattan (karpet), dan bookhylla (bookshelves). Beruntungnya, kita dipinjemin Dover, dan juga sprei sama Pedagogy Department. Jadi gak kedinginan, deh.. Beruntungnya lagi, aku dapat ruangan dengan pemandangan indah, yaitu flat-flat lain dan taman bermain! Mana waktu itu kan masih musim antara abis sommar tapi belum autum (apa, ya?), jadi semuanya masih hijau. Setiap hari melihat anak bermain. Bahkan tepat di depan jendelaku ada pohon Lingon (kaya talok tapi lebih kecil2 dan merah). Karena masih musim itu, jam 8 malam masih terang benderang. Jam 9, baru matahari terbenam. Jam 8 pagi baru sunset. Agak kaget juga awalnya. Tapi itu gak lama. Oh, ya, lingkungan flatku dan sekitarnya adalah kawasan yang banyak ditinggali imigran. Ketika jalan ke sekolah, biasanya aku lewat jalan tertentu yang melewati hutan dan rumah penduduk. Walau hutan, tapi wuih! Gak bakalan takut deh, ngelewatinya! Penerangannya kalo malam pun memadai. Disini kan orang-orang suka jalan dan naik sepeda . Jadi selalu ketemu orang di jalan. Pohon yang mendominasi cuma pohon cemara, tapi beda sama di Indonesia. Disini kayak ada guratan-gurantannya. Tipikal rumah disini adalah kecil, hangat, dan pasti punya taman. Warna cat yang populer: Merah dan kuning. Begitu pula gedung-gedung yang lain. Bangunan – bangunannya semi kuno. Tipikal Swedia banget deh… .
Kendaraan di sini, selain yang udah kusebut, sepeda, adalah motor, mobil, dan bus. Juga taksi lah. Tapi gak ada becak… hehehe. Mobilnya bagus-bagus, Volvo, Fiat, Audy, VW, BMW, Ford, dll, dengan berbagai tipe, dari yang baru sampe yang butut. Pertamanya agak terkagum-kagum tapi lama-lama jadi biasa juga. Eh, udah tau kan, Swedia itu negaranya Volvo, jadi gak seperti di Indonesia, Volvo berseliweran disini.
Busnya ada 2 tipe ; 2 pintu dan 3 pintu. Yang 2 pintu ada 2 tipe, panjang dan sedang (yang ini untuk ke jalan – jalan kecil, yang lain untuk main road). Sistem tiketnya bisa sekali bayar atau bulanan. Kalau bulanan pakai kartu, tinggal dimasukin ke alat untuk melihat tanggal kedaluarsanya (seperti mesin absen itu lho). Busnya bersih, dan bagus biarpun gak baru. Pintunya membuka otomatis dan tiap kali ada penumpang turun naik, busnya juga bisa miring turun. Dan semua urusan bus disini dipegang sama Vastrafik. Jadi terjadwal pasti, dan gak semrawut. Turun naik juga harus di halte. Gak asal ”Kiri…kiri…” hehehe. Sopirnya ramah, selalu nyapa kalau ada penumpang naik.
Untuk permulaan, ceritanya sekian dulu. Besok disambung lagi …
Salam hangat,

-Anggita
( sumber : email dari Anggita Dian Cahyani, dengan sedikit suntingan yang tidak mengubah isi cerita/tika )