Ethical Issues in Group Counseling

Selasa (23/3) Office of Cooperatian, International Affairs, and Alumni (OCIA) Fakultas Psikologi UGM mengadakan acara kuliah tamu dengan topik “Ethical Issues in Group Counseling”. Acara yang dihadiri oleh 150 peserta ini, berlangsung pada pukul 07.30 WIB sampai 09.10 WIB. Acara ini merupakan rangkaian acara Internasional Guest Lecture Series yang dihelat oleh OCIA di tahun ini.

Narasumber acara kali ini adalah Manali Roy, Ph.D  yang merupakan seorang Psikolog Klinis dari Rumah Sakit North Central Bronx. Roy menjelaskan seputar terapi kelompok, termasuk tipe-tipe dari terapi kelompok, yaitu terapi kelompok open, close, psychoeducational groups, and process-oriented groups. “Kelompok tertutup adalah sesuatu di mana setiap orang memulai pada satu titik dan semua orang berakhir pada titik yang sama serta tidak ada orang yang keluar dan masuk dari kelompok”, terang Roy.

Sementara psychoeducational groups adalah kelompok terapi yang memilih suatu topik kemudian dibahas oleh terapis yang bertindak sebagai guru. Topik atau isu yang dipilih contohnya seperti mengatasi kecemasan, “Terapis mengajarkan tentang keterampilan yang sehat dan menetapkan tujuan untuk kelompok”, jelas Roy. Selain itu, dalam psychoeducational groups, seorang terapis tidak perlu terlalu memerhatikan dinamika antar anggota dalam kelompok. Sedikit berbeda dengan psychoeducational groups, process-oriented groups memiliki agenda yang lebih memerhatikan dinamika yang terjadi dalam kelompok, “Bagaimana seseorang berperilaku, bagaimana seseorang menanggapi orang lain”.

Kemudian penjelasan dilanjutkan dengan pemaparan terkait faktor terapeutik. Terdapat 13 hal yang menjadi faktor terapeutik, salah satunya adalah universality. Makna dari universality adalah ketika anggota dalam kelompok berbagi tentang perasaan mereka, berbagi tentang pemikiran, atau beberapa masalah yang mungkin sama, akan membuat Anda merasa tidak sendirian ketika menghadapi segalanya. “Perasaan merasa tidak sendiri adalah faktor terpenting dalam terapi kelompok karena anggota akan mengerti bahwa banyak orang yang juga memiliki banyak masalah yang sulit, memiliki masalah yang berbeda dan perasaan tidak sendiri membantu anggota dalam menjalani proses terapi”, jelas Roy.

Selain menjelaskan tentang tipe kelompok terapi dan faktor terapeutik, Roy juga menjelaskan kaitannya dengan prinsip umum dari standar etik konseling kelompok. Berdasarkan pemaparan Roy, terdapat lima prinsip umum dari standar etik, yaitu beneficience and nonmaleficence, fidelity, and responsibility, integrity, justice, and respect for people’s rights, and dignity. Kemudian Roy melanjutkan penjelasan tentang kode etik, yang terdiri dari beberapa hal, diantaranya resolving ethical issues, competence, human relations, privacy and confidentiallity, dan lain sebagainya.

Setelah sesi pemaparan materi berakhir, panitia membuka sesi tanya jawab bagi peserta. Meskipun di awal terlihat ragu dikarenakan adanya keterbatasan kemampuan bahasa, namun pada akhirnya peserta aktif mengajukan pertanyaan setelah pihak panitia memberikan dorongan agar jangan takut salah meskipun kemampuan berbahasa Inggris yang dimiliki terbatas. Panitia berharap dengan diadakannya acara ini peserta bisa lebih memahami lagi tentang kode etik yang berkaitan dengan konseling kelompok agar di masa yang akan datang tidak terjadi pelanggaran kode etik yang dapat merugikan berbagai pihak.