“Clinical Psychological for Dummies: Alumni Sharing Session” dalam Acara Pembekalan Wisuda Daring Periode II TA 2020/2021

Sabtu (20/02), Fakultas Psikologi UGM menyelenggarakan acara Pembekalan Wisuda Periode II TA 2020/2021 secara daring. Acara ini pada dasarnya terbuka bagi nonwisudawan namun sebagian besar didominasi oleh calon wisudawan program Sarjana Psikologi. Dalam acara pembekalan kali ini menghadirkan pembicara Widya S Sari, M.Psi., Psikolog yang merupakan alumni Sarjana dan Magister Psikologi Profesi Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada yang saat ini berkarier sebagai Psikolog Klinis. Acara ini berlangsung mulai pukul 09.00 s.d. 10.30 dan dibuka oleh Galang Lufityanto, M.Psi., Ph.D. selaku Ketua Prodi Program Sarjana Fakultas Psikologi UGM. Melalui sambutannya, Galang berpesan kepada para wisudawan bahwa para wisudawan sudah dibekali keterampilan dan pengetahuan psikologi serta yang paling penting adalah attitude sebagai seorang lulusan sarjana psikologi yang perlu dijaga. Hal itu berkaitan dengan para wisudawan yang membawa nama almamater Fakultas Psikologi UGM.

Acara ini digelar untuk memberikan pembekalan kepada calon wisudawan dalam mempersiapkan diri pascapembelajaran di program sarjana selesai. Widya, sebagai pemateri sempat membagikan  pengalamannya setelah lulus sarjana dan apa saja yang dikerjakan sebagai seorang psikolog klinis. Sebagai seorang psikolog klinis, hal-hal yang pernah dan sedang dilakukan oleh Widya antara lain melayani klien di rumah sakit, visit pasien rawat inap, mengikuti acara komunitas di dalam maupun luar negeri, mendampingi atlet ketika Asian Para Games 2018, dan riset kolaborasi.

Pemateri menjelaskan bahwa tugas-tugas yang diterima sebagai seorang asisten ketika menjadi mahasiswi membuatnya penasaran terhadap jurnal dan enjoy untuk membacanya. Melihat temuan-temuan dan penjelasan yang dipaparkan melalui jurnal menjadi hal yang menarik minatnya untuk melanjutkan kuliah dan sampai saat ini masih menjadi hal yang dilakukan. Selain itu, peran para dosen, menurut Widya luar biasa dengan gaya pengajarannya masing-masing yang membuat Widya mempelajari banyak hal ketika di bangku kuliah.

Ketika ditanya mengenai tantangan apa yang dihadapi sebagai psikolog klinis, Widya menjawab ada lima hal, yaitu ourselves, the stigma, the work field, collaborative work, dan the changing world. Untuk menjadi diri kita sendiri, diakui oleh Widya bukanlah suatu hal yang mudah apalagi untuk berempati. Oleh karena itu, diri sendiri menjadi tantangan utama yang dihadapi oleh seorang psikolog. Selain itu, stigma bahwa seseorang yang datang kepada psikolog hanya untuk orang-orang yang bermasalah juga menjadi tantangan lain bagi seorang psikolog. Menurut Widya, adanya stigma tersebut muncul dari kebiasaan masyarakat yang enggan untuk belajar tidak judgemental. Meskipun begitu, jangan sampai judgemental justru muncul dari psikolog itu sendiri.

Kemudian, menurut Widya, tidak ada lahan kerja yang ideal karena setiap jenis bidang kerja memiliki tantangannya sendiri dan kita dituntut untuk bisa beradaptasi. Selanjutnya, tantangan lain yang dihadapi oleh psikolog klinis adalah bekerja secara tim dan hal itu membuat dirinya kaget karena dituntut untuk menjelaskan isu-isu psikologis yang ada kepada orang-orang yang tidak memiliki latar belakang pendidikan psikologi. Sampai saat ini, Widya mengakui hal tersebut masih menjadi tantangan yang dihadapi. Terakhir, kondisi dunia yang tidak stagnan, seperti kondisi pandemi saat ini yang menuntut sesi konseling harus dilakukan secara online. Hal tersebut menuntut Widya untuk belajar bagaimana cara melayani klien lewat sistem online, terutama chat. Melakukan sesi konseling secara online, diakui Widya tidaklah mudah karena keterbatasan dalam menangkap ekspresi dan gesture, dimana kedua hal itu masuk dalam proses observasi yang menjadi kekuatan seorang psikolog.

Di akhir sesi pemaparan, pemateri menyampaikan tiga hal sebagai pesan untuk para wisudawan, yaitu let yourself grow, biarkan diri sendiri bertumbuh dengan menutrisi diri melalui berbagai pengalaman yang nantinya akan membantu dalam membuat keputusan-keputusan yang matang. Kedua, be prepared for the challenge, harus siap dengan berbagai tantangan. Kesempatan tidak datang dua kali, tetapi berkali-kali dan itu hanya terjadi pada orang-orang yang mampu melihat hal-hal yang tidak sesuai dengan harapan sebagai tantangan. Terakhir, be the best version of you, karena pada hakikatnya seseorang tidak tumbuh untuk dibandingkan dengan orang lain, tetapi membandingkan diri sendiri dengan diri kita yang dulu.