Sabtu (29/5) Fakultas Psikologi UGM mengadakan webinar dengan tajuk “Cath-Art-Sis: Release your stress through art”. Acara ini merupakan Kerjasama antara Fakultas Psikologi UGM dengan Cathartsis, sebuah komunitas mahasiswa Magister Psikologi Profesi UGM yang berfokus pada isu kesehatan mental mahasiswa.
Acara ini dilaksanakan mulai pukul 09.30 WIB hingga pukul 11.30 WIB. Acara ini diikuti oleh 26 mahasiswa S1 Psikologi UGM.
Pemateri pada acara ini adalah Zahwa Islami, S.Psi., mahasiswa Magister Psikologi Profesi UGM angkatan 2020 yang juga aktif sebagai public speaker dan motivator. Beberapa prestasi ia dapatkan selama masa kuliah, salah satunya adalah sebagai Mahasiswa Berprestasi Psikologi UGM 2018.
Pada acara ini Zahwa memberikan materi kepada peserta tentang kesehatan mental mahasiswa dalam menjalani kuliah daring di era pandemi. Tak hanya itu Zahwa juga mengajak peserta untuk memahami dan mempraktikkan katarsis sebagai coping stress dengan menggunakan media seni.
Materi presentasi pada acara ini terbagi menjadi empat pokok pembahasan. Yang pertama adalah stres pada saat kuliah daring. Setelah memahami akar permasalahannya Zahwa menjelaskan tentang strategi coping apa saja yang bisa dilakukan untuk mengelola stress. Dua pembahasan terakhir adalah katarsis, dan hubungan katarsis dengan seni.
Zahwa menjelaskan dalam melaksanakan kuliah daring mahasiswa menemui beberapa situasi baru yang dapat memicu stres. Mahasiswa merasakan perasaan negatif seperti kesepian, kepanikan, mudah marah, cemas, gejala depresi, merasa tidak berdaya dan sulit konsentrasi.
Penggunaan media sosial yang berlebihan karena bosan dengan rutinitas juga menyebabkan kelelahan mental. Ketika dalam situasi itu mahasiswa mendapatkan tugas, mereka menganggap itu sebagai ancaman dari zona nyaman. Hal itu membuat mahasiswa sering melakukan penghindaran atau penundaan terhadap tugas.
“Sebenarnya itu hal yang wajar, namun harus kita Kelola keberadaannya,” ujar Zahwa.
Melanjutkan penjelasannya pada coping stres, Zahwa membaginya menjadi dua. Yang pertama adalah problem-focused coping yaitu strategi penyelesaian permasalahannya dahulu dan yang kedua adalah emotion-focused coping yaitu meredakan luapan emosi dahulu baru kembali ke inti permasalahan yang ingin diselesaikan. Dua strategi ini merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dan harus dilakukan untuk mengelola stres.
Stres yang terakumulasi itu bisa datang dalam bentuk yang beragam. Zahwa menjelaskan bahwa hal itu seharusnya bisa diidentifikasi. Ada stres yang membuat bertumbuh dan menghasilkan sesuatu, namun juga ada stres yang membuat kita stagnan atau bahkan destruktif bagi diri sendiri atau orang lain.
“Sehingga di sini katarsis dan seni itu bisa menjadi cara kita untuk mengelola stres dari input ke output,” jelas Zahwa.
Pada sesi penjelasan katarsis Zahwa memberikan contoh dari cerita Vincent Van Gogh, seorang pelukis post-impressionism yang mengalami gangguan psikotik. Pada saat sendiri dan kesepian itu Van Gogh mengekspresikan apa yang ia rasakan melalui lukisan-lukisan yang dibuatnya. Melukis bagi Van Gogh adalah media katarsis untuk mengatasi perasaan kesepiannya.
“Itu adalah bagian dari katarsis kesepiannya. Van Gogh mencoba untuk mengurangi gangguan psikologis atas kesepiannya itu dengan mengungkapkan emosi atau perasaan negatif yang dirasakan (dengan melukis),” ujar Zahwa.
Lebih lanjut Zahwa menjelaskan bahwa pada dasarnya katarsis itu menggunakan metode di mana kita bisa mengelola dorongan agresifitas, emosi perasaan ketidaknyamanan dalam diri kita. Dalam katarsis kita dituntut untuk mengembalikan jiwa kanak-kanak kita, yaitu spontan dan bebas untuk melakukan apa yang kita sukai.
“Tidak ada bagus dan buruk di sana, dan kita fokus pada prosesnya bukan hasilnya,” terang Zahwa.
Pada sesi terakhir panitia memberikan waktu 20 menit kepada peserta untuk melakukan katarsis melalui media seni yang sudah disiapkan oleh masing-masing peserta. Ada yang menggambar, melukis, membuat origami, dan membuat lagu dengan alat musik piano.
Acara ini berjalan dengan lancar. Panitia juga memberikan hadiah bagi beberapa peserta yang beruntung. Panitia berharap dengan diadakannya acara ini bisa memberikan wawasan bagi peserta agar lebih peduli dengan kesehatan mentalnya dengan mengenalkan katarsis sebagai metode untuk mengelola stres.