Bahas Antirasisme, Psikologi UGM Gelar Kolokium bersama Prof. Gerhard Harder

Jumat (9/3), Program Studi S3 Psikologi UGM menggelar Kolokium bersama Prof. Gerhard Harder. Acara ini berlangsung di D505 selama dua jam, mulai dari pukul 13.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB. Bertemakan pendidikan antirasisme, belasan mahasiswa S3 mengikuti kolokium ini dengan antusias. Kolokium ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan visiting professor oleh Professor Gerhard Harder.

Profesor Gerhard Harder mengajak para peserta kolokium untuk mendiskusikan sebuah artikel tentang pendidikan antirasisme. Artikel yang berjudul the concept of anti-racist education: a Critical Analysis of Its Function and an Outline of a Subject Science Alternative ini menjadi tumpuan utama dalam berdiskusi. Profesor Harder yang memiliki bidang keahlian di bidang pendidikan ini memulai diskusi dengan perkenalan yang santai. Setelah itu, obrolan-obrolan seputar rasisme pun mulai menghangat di ruangan.

Hal awal yang ditekankan oleh Profesor Harder adalah tentang definisi Ras. Ia melemparkan pertanyaan esensial tentang ras kepada peserta kolokium. “In what way are people different? what do the genes tell us? can it tell us who is white or who is black?Kemudian ia melanjutkan lagi obrolannya dengan menyatakan bahwa ras manusia hanyalah satu: Homo Sapiens. Menurutnya, manusia memang berbeda-beda, tetapi bila ras digunakan untuk mendefinisikan orang, itu rasis.

Tantangan bersama saat ini adalah tentang cara mendidik anak agar tidak menjadi rasis. Menurut Profesor Harder, bukan hal yang mudah melakukan hal ini. “Easy to be said, but not that easy to be done,” terangnya. Salah satu kunci dalam mengajarkan antirasisme adalah menganggap anak sebagai subjek, bukan objek. Hal ini pula yang menjadi poin pokok dari artikel yang dibahas. Memberi instruksi kepada anak agar menghindari rasisme tidaklah cukup. Anak harus disadarkan tentang cara memilih yang baik untuk dirinya. Harapannya, anak akan sadar bahwa menjadi rasis bukanlah hal yang baik untuk dirinya.

Profesor dari Freie Universitat, Berlin, Jerman ini juga menekankan bahwa permasalahan rasisme dapat dilihat dari wacana yang ada di masyarakat. Ada banyak sekali wacana yang mendorong seseorang menjadi rasis. Contohnya, istilah budaya bahkan dapat menjadi kata yang rasis. “Budaya yang berbeda” dapat digunakan sebagai wacana bahwa orang yang berbeda budaya adalah bukan bagian dari kita. Inilah salah satu jalan untuk melawan rasisme: mengubah wacana yang ada di masyarakat.

Pedro, salah satu peserta kolokium merasa sangat terkesan dengan diskusi ini. Ia menjelaskan bahwa sangat menarik ketika seorang ahli pendidikan seperti Profesor Harder berbicara di depan orang dengan latar belakang psikologi. Menurutnya, pendekatan multidisiplin adalah hal yang penting dalam memecahkan masalah. “Kita jangan buru-buru mengambil kesimpulan, tetapi perlu mempertimbangkan dari berbagai aspek,” ungkap Pedro. Ia juga mendapatkan bahwa untuk mengubah orang perlu kesadaran dari dalam diri mereka. “Seperti itulah konsep pendidikan yang ideal,” tegasnya.

Dari hasil Kolokium, Pedro berharap agar dapat mengimplementasikannya. Ia mengaitkan dengan penelitian yang sedang dilakukannya, yakni tentang action research. Ia berharap subjek yang ia teliti dapat menjadi pusat dari perubahan. “Dimulai dari kesadaran mereka sendiri hingga menemukan cara untuk menyelesaikan permasalahan,” tambah Pedro.

Kolokium diakhiri dengan membahas bersama solusi dari permasalahan rasisme. Setelah itu, para peserta dan Profesor Harder berfoto bersama. Meski kolokium sudah berakhir, diskusi tidak berakhir sampai di sini. Profesor Harder masih membuka pintu ruangannya bagi siapa saja yang ingin berdiskusi lebih jauh. [Excel]