Pos oleh :

dzikriaafifah96

Pembukaan PPSMB-PRK 2021: Bertaut Berdaya Guna

Fakultas Psikologi UGM pada Rabu (4/8) untuk kedua kalinya melaksanakan Pelatihan Pembelajaran Sukses Psikologi Rumah Kita (PPSMB-PRK) 2021 secara daring. Acara ini merupakan agenda yang ditujukan untuk mahasiswa baru tingkat fakultas yang dibuka secara resmi oleh Prof. Dr. Faturochman, M.A selaku Dekan Fakultas Psikologi UGM.

Melalui sambutannya, Fatur mengucapkan selamat datang kepada para mahasiswa baru, baik dari jalur reguler maupun jalur International Undergraduate Program (IUP). “Oleh karena itu, terima kasih Anda telah memilih Fakultas Psikologi, terima kasih juga kepada seluruh jajaran Panitia, Wakil-Wakil Dekan, Ketua Prodi, Asisten Wakil Dekan, Para Dosen, Staf Kependidikan, dan juga dukungan dari Persatuan Orang Tua Mahasiswa Psikologi (POTMAPSI) yang selalu akan mendampingi Anda untuk mengoptimalkan potensi di Fakultas Psikologi”, ujar Fatur.

Berlangsung selama dua hari, yaitu tanggal 4 Agustus sampai 5 Agustus, kegiatan Psikologi Rumah Kita dibuka dan disiarkan secara langsung melalui aplikasi Zoom dan YouTube. Acara Pembukaan PPSMB-PRK diawali dengan sapaan hangat dari Yufransyah Novia Rahman dan Amanda Neta Santi selaku MC yang menggunakan pakaian adat khas Daerah Istimewa Yogyakarta dan disiarkan  secara langsung. Kemudian, acara dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, Hymne UGM, dan Mars Psikologi UGM yang dinyanyikan oleh Komunitas Paduan Suara Fakultas Psikologi, Psychorale.

Adapun tema yang diusung oleh PPSMB-PRK tahun ini adalah Adikara Bestari, yang memiliki arti kekuatan dan kewibawaan (Adikara), sedangkan Bestari memiliki makna budi pekerti dan berwawasan luas. Selain itu, bertindak sebagai Ketua Panitia PPSMB PRK 2021, Alvin Rizki Sitompul, memberikan sambutan dan ucapan selamat datang kepada para mahasiswa baru yang disebut sebagai Gadjah Mada Muda (GAMADA). “Kami ingin menyampaikan bahwa disini (Fakultas Psikologi) adalah rumah baru teman-teman semua”, ucap Alvin. Hal itu disampaikan mengingat GAMADA Fakultas Psikologi 2021 datang dari berbagai daerah dan latar belakang yang berbeda. Alvin juga menyampaikan bahwa PPSMB-PRK tahun ini akan menghadirkan sesuatu yang belum pernah dihadirkan PPSMB-PRK selama ini.

Melalui acara PPSMB-PRK tahun ini, GAMADA diajak untuk mengembangkan potensi kepemimpinan dalam diri yang tidak hanya mampu menjadi pemimpin bagi sesame, namun juga dapat menjadi pemimpin bagi diri sendiri. Setelah acara pembukaan, GAMADA akan melanjutkan kegiatan, meliputi materi Psikologi Rumah Kita, Kefakultasan, Tonggak Awal Cita, dan masih banyak lagi.

PPSMB UGM 2021: Ragam Kreasi UGM, Pancarkan Pesona Pertiwi

Senin (2/8) Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan Upacara dan Pembukaan Pelatihan Pembelajaran Sukses bagi Mahasiswa Baru (PPSMB) 2021. Hadir Mercurio Daffa Aditya selaku Pemimpin Upacara dan Rektor UGM Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., IPU, ASEAN Eng selaku Pembina Upacara pada acara Upacara dan Pembukaan PPSMB 2021. Acara yang dimulai pada pukul 07.00 pagi dan disiarkan dari Gedung Rektorat UGM diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan Fanny Rachma Annisa sebagai konduktor

Kemudian, acara dilanjutkan Laporan Penerimaan Mahasiswa Baru dan Mahasiswa Berprestasi yang disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Djagal Wiseso Marseno, M.Agr selaku Wakil Rektor Bidang Pendidikan, Pengajaran, dan Kemahasiswaan. Melalui laporan yang disampaikan, diketahui UGM tahun ini menerima mahasiswa baru sebanyak 9.120 orang, yang terdiri dari 7.798 mahasiswa baru Program Sarjana dan 1.412 mahasiswa baru Program Sarjana Terapan. Lebih rinci lagi, berdasarkan jenis kelaminnya terdapat 40,1% mahasiswa baru laki-laki dan 49,9% mahasiswa baru perempuan. Berdasarkan asal mahasiswa, UGM tahun ini juga menerima mahasiswa baru yang berasal dari luar negeri, seperti Iran, Qatar, Uni Emirat Arab, dan lain sebagainya. Sementara dari segi usia, mahasiswa baru termuda UGM tahun ini adalah Mutiara Anindiana Hapsari yang merupakan mahasiswa baru pada Program Studi Farmasi dengan usia 15 tahun 7 bulan 22 hari.

Pada acara ini juga disampaikan Amanat Upacara oleh Rektor.  “Kepada seluruh mahasiswa baru, Gadjah Mada Muda, GAMADA, Kami ucapkan Selamat Datang di Kampus UGM. Dengan bangga kami menyambut kehadiran keluarga baru Universitas Gadjah Mada”, ucap Rektor. Selain itu, Rektor melalui Amanatnya berpesan agar GAMADA terus mencintai orangtua, para guru, dan dosen serta tanah air, Indonesia melalui kontribusi dan pengabdian dimanapun berada dengan mematri nilai-nilai serta jati diri Gadjah Mada.

Mengusung tema, “Ragam Kreasi UGM, Pancarkan Pesona Pertiwi” yang dilatarbelakangi oleh kondisi bangsa Indonesia saat ini yang memiliki indeks kreativitas rendah. Melalui tema tersebut, UGM berharap GAMADA sebagai generasi masa depan Indonesia dapat menghasilkan beragam kreasi dan inovasi cemerlang.

Hadir pula pada Upacara dan Pembukaan PPSMB tahun ini, Menteri Sekretaris Negara RI, Prof. Dr. Drs. Pratikno, M.Soc. Sc yang memberikan orasi sebagai bentuk kejutan untuk GAMADA. Melalui orasi yang disampaikan, Pratikno mengucapkan selamat karena berhasil terpilih sebagai mahasiswa baru UGM dari proses yang sangat ketat. Sementara itu, Orasi juga disampaikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Nadiem Anwar Makarim, B.A., M.B.A yang mengingatkan bahwa menjadi mahasiswa tidak sama dengan kenaikan jenjang sekolah karena mahasiswa memiliki kebabasan lebih luas untuk menentukan masa depan.

Pada akhir acara, Rektor dan Wakil Rektor melakukan Pembukaan Simbolis PPSMB 2021 dengan membuka miniatur Buku Mekar Imaji yang bermakna bahwa GAMADA siap mengembangkan kreasi terbaiknya. Selain sebagai simbol pembukaan PPSMB 2021, pembukaan Buku Mekar Imaji menandakan bahwa jendela cakrawala baru dan petualangan GAMADA akan segera dimulai Selanjutnya, acara Upacara dan Pembukaan PPSMB UGM 2021 ditutup dengan menampilkan tayangan informatif terkait PPSMB dalam bentuk formasi block 3D serta video wawancara singkat berkaitan dengan sejarah pembuatan Anthem PPSMB UGM.

Kenali Diri, Buka Potensi: Resep Anti Galau Memilih Jurusan Kuliah

Unit Konsultasi Psikologi (UKP) Fakultas Psikologi UGM kembali menyelenggarakan UKP Bersinergi UKP Berbagi ke-9 (UBUB) pada hari Jumat (30/7). Acara UBUB kali ini mengangkat topik “Kenali Diri, Buka Potensi: Resep Anti Galau Memilih Jurusan Kuliah” yang terbuka bagi semua kalangan. Acara ini berlangsung pada pukul 13.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB dan dihadiri secara daring oleh kurang lebih 50 peserta.

Hadir sebagai permbicara, Raras Pramudita, M.Psi., Psikolog merupakan psikolog rekanan di UKP UGM, sekaligus psikolog di Unit Disabilitas Dinas Pendidikan Yogyakarta. Raras membuka acara dengan terlebih dahulu menanyakan apa cita-cita yang dimiliki oleh para peserta yang hadir. Jawaban peserta beragam, ada yang menyebutkan bercita-cita ingin menjadi dokter, membuka café, bahkan menjadi seorang YouTuber. Menurut Raras, cita-cita perlu dimiliki oleh semua orang agar tetap memiliki tujuan meskipun sedang menghadapi kesulitan.

Salah satu kesulitan yang dihadapi dan cukup membuat galau adalah ketika seseorang dihadapkan oleh pemilihan jurusan kuliah. “Kuliah tidak hanya sekedar rutinitas, tetapi juga dapat menambah wawasan, keterampilan, melatih diri untuk menghadapi tekanan, bahkan menjadi pengalaman hidup bagi seseorang”, ungkap Raras. Ada beberapa hal yang perlu ditimbangkan ketika seseorang memilih jurusan kuliah, seperti karakteristik jurusan yang diminati, value, dan sudut pandang orang tua, mengenal serta mengetahui potensi diri.

Untuk mengenal serta mengetahui potensi diri, salah satu hal yang bisa dilakukan adalah teknik SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat). Melalui teknik SWOT, seseorang tidak hanya mengetahui kekuatan dan kelemahannya saja, tetapi juga dapat mengetahui kesempatan dan ancaman yang dapat menjadi penghambat dalam melakukan pengembangan diri.

Hal lain yang perlu diperhatikan menurut Raras, yaitu passion. “Passion tidak sekedar minat, tetapi minat yang kuat terhadap sesuatu yang kita suka”, jelas Raras. Lebih detailnya, passion adalah ketertarikan yang kuat terhadap suatu kegiatan yang disukai dan dianggap penting sehingga individu bersedia menginvestasikan waktu serta energi untuk mencapai tujuan.

Melalui acara ini, Raras juga menyampaikan tentang tips dan trik untuk memilih jurusan yang terdiri dari hentikan, lanjutkan, dan mulai. Pertama, hentikan kebiasaan yang dapat menghambat ketika memilih jurusan. Kemudian, lanjutkan hal-hal yang mendukung untuk memilih jurusan. Terakhir, mulai susun rencana untuk memilih jurusan.

 

Photo by Sincerely Media on Unsplash

Pelepasan Wisudawan/Wisudawati Program Pascasarjana Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Periode IV T.A 2020/2021

Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada mengadakan kegiatan Pelepasan Wisudawan/Wisudawati Program Studi Pascasarjana Psikologi Periode IV Tahun Akademik 2020/2021 pada Rabu (28/7). Pada periode ini, Fakultas Psikologi berhasil meluluskan 17 wisudawan/wisudawati yang terdiri dari 6 orang lulusan Program Studi Magister Psikologi dan 11 orang lulusan Program Studi Magister Psikologi Profesi.

Indeks Prestasi Kumulatif tertinggi pada periode ini adalah 3.93 yang diraih oleh Syurawasti Muhiddin dari Program Studi Magister Psikologi. Selain itu, Syurawasti juga meraih predikat cumlaude bersama dengan Andrea Prita Purnama Ratri dari Program Studi Magister Psikologi. Sementara untuk naskah publikasi tesis terbaik dari Program Studi Magister Psikologi juga diraih oleh Syurawasti Muhiddin yang berjudul “Pengaruh Identitas Sosial dan Perbandingan Sosial terhadap Intensi Melakukan Perilaku Berkelanjutan dengan Mengontrol Sikap, Norma Subjektif, dan Persepsi Kendali Perilaku” bersama Yopina Galih Pertiwi, M.A., Ph.D selaku pembimbing.

Pada program Studi Magister Psikologi Profesi, Indeks Prestasi Kumulatif tertinggi adalah 3.83 oleh Rinekso Wismanto Laban. Sementara Annisa Karuniawati meraih naskah publikasi terbaik dengan judul “Peran Workforce Agility dan Perveiced Organization terhadap Performance” bersama Dr. Sumaryono, M.Si., Psikolog sebagai pembimbing.

Dalam acara ini, sambutan dari wisudawan/wisudawati diwakilkan oleh Syurawasti Muhiddin yang menyampaikan bahwa Pandemi COVID-19 merupakan salah satu ujian yang tidak mudah dalam perjalanan menyelesaikan pendidikan. “Namun, satu hal yang pasti, kita semua telah sampai pada momen dimana tidak semua orang yang menginginkannya bisa mencapainya”, ujar Syurawasti. Syurawasti juga mengucapkan selamat berkiprah untuk rekan-rekan sambil menjaga nama baik almamater.

Selanjutnya, untuk proses pengambilan Sumpah Profesi Psikolog pada periode ini dipimpin oleh Dr. Andik Matulessy, M.Si., Psikolog selaku Sekjen Pimpinan Pusat Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI). Selain itu, Andik juga memberikan sambutan dengan menyampaikan tiga hal sebagai pesan untuk wisudawan/wisudawati. Ketiga pesan tersebut adalah tentang kode etik, pengembangan kompetensi, dan keharusan dalam memberikan manfaat seluas-luasnya pada masyarakat.

Kemudian, Prof. Dr. Faturochman, M.A selaku Dekan Fakultas Psikologi UGM juga menyampaikan pesan untuk seluruh wisudawan/wisudawati bahwa harus terus meningkatkan kompetensi, keterampilan, dan soft-skill. “Dengan ini, Anda kami lepaskan dengan doa sepenuh hati untuk kesuksesan, kesehatan, dan kemajuan kita bersama”, ucap Faturochman di akhir sambutannya.

Kuliah Online CPMH: Dukungan Psikososial kepada Pasien COVID-19

Sebagai bentuk edukasi Center for Public Mental Health (CPMH) kepada masyarakat, pada Senin (12/07) mengadakan kuliah online dengan mengangkat topik “Dukungan Psikososial kepada Pasien COVID-19”. Dibersamai oleh Nurul Kusuma Hidayati, M.Psi., Psikolog dan Wirdatul Anisa, M.Psi., Psikolog, harapannya kuliah online kali ini dapat menjadikan masyarakat sebagai agen-agen yang memberikan dukungan sosial bagi orang-orang sekitarnya yang terdampak COVID-19.

Sejak pandemic COVID-19 melanda seluruh dunia, tidak bisa dipungkiri bahwa COVID-19 bukan sekedar masalah kesehatan secara fisik. Akan tetapi, COVID-19 juga berkaitan dengan masalah kesehatan psikis bahkan ekonomi. Ada beberapa hal yang terdeteksi sebagai masalah kesehatan mental yang umumnya dialami oleh pasien COVID-19, seperti gangguan tidur, mental distress, kecemasan tinggi, gangguan penyesuaian, depresi, somatisasi, dan PTSD. Hal-hal tersebut adalah bentuk reaksi yang normal di situasi yang tidak normal. Tidak semua orang pasti mengalami hal-hal tersebut, namun semua orang berpotensi untuk mengalaminya.

Oleh karena itu, dibutuhkan bantuan atau dukungan psikososial dari pihak lain, seperti anggota keluarga, teman, kerabat, bahkan instansi terkait untuk mengurangi potensi pasien COVID-19 mengalami masalah kesehatan mental. Dukungan psikososial berdasarkan keterangan pihak Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementrian Kesehatan RI merujuk pada dukungan apapun yang bertujuan untuk melindungi atau meningkatkan kesejahteraan psikologis dan/atau mencegah serta menangani kondisi kesehatan jiwa dan psikososial.

“Ketika ada yang mengeluh (tentang COVID-19), maka cukup didengarkan segala kecemasannya. Didengarkan saja, diterima”, jelas Nurul. Sebenarnya, tidak hanya pasien COVID-19 yang membutuhkan dukungan psikososial, tetapi individu yang sudah sembuh dari COVID-19, tenaga kesehatan, serta keluarga dan kerabat dekat juga membutuhkan dukungan psikososial. Beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai bentuk dukungan psikososial antara lain, memenuhi kebutuhan dasar, mengurangi tekanan emosisonal, berbagi informasi positif, meningkatkan dan mempertahankan hubungan positif, mengurangi stigma, dan meningkatkan resiliensi.

“Ketika berhadapan dengan seseorang yang membutuhkan (dukungan psikososial), tugas kita (sebagai pemberi dukungan) bukan segera mengubah apa yang mereka pikirkan tentang apa yang terjadi”, tegas Wirdatul. Cukup berpedoman pada tiga hal penting, yaitu lihat, dengarkan, dan hubungkan. Lihat dan amati, kira-kira orang yang bersangkutan membutuhkan bantuan dukungan psikososial dalam bentuk apa. Kemudian, dengarkan ketika orang tersebut mulai berbicara tentang apa yang sedang dialami dan rasakan. Apabila merasa tidak sanggup dan belum mampu untuk memberikan dukungan psikososial, maka dapat memberikan dukungan psikososial dalam bentuk menghubungkan orang yang bersangkutan kepada pihak-pihak profesional, seperti psikolog.

Photo by Tim Marshall on Unsplash

Peluncuran Program PSYDIAC

Fakultas Psikologi UGM bekerjasama dengan Flux, Keluarga Alumni Psikologi Gadjah Mada (KAPSIGAMA), dan Binar Academy mengadakan acara peluncuran Program Psychology Digital Application Creators atau disebut dengan PSYDIAC. Acara tersebut dilaksanakan pada Sabtu (3/7) dalam bentuk daring dengan mengundang beberapa pembicara, diantaranya Alamanda Shantika Santoso, S.Si., S.Kom (Founders dan Presiden Direktur Binar Academy), Erlina Dewi Fitriany, M.Psi., Psikolog (CEO Flux), Prabaswara Desi, S.Psi., Psikolog, (Ketua KAPSIGAMA), dan Galang Lufityanto, M.Psi., Ph.D (Ketua Program Studi Sarjana Psikologi). Peluncuran program ini dirancang oleh fakultas untuk membekali mahasiswa terpilih dengan keterampilan untuk merancang produk digital.

Acara diawali sambutan dari Dr. Nida Ul Hasanat, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan. Melalui sambutannya, Nida menungkapkan bahwa peluncuran program ini dilakukan agar mahasiswa lebih fokus, terstruktur, dan terarah berpartisipasi dalam MBKM, khususnya dalam pembuatan produk digital. Fakultas Psikologi UGM sendiri sudah memiliki alumni yang sukses dalam membuat dunia digital, seperti Regisda Machdy dengan Pijar Psikologi, Nur Zidny Ilmanafia yang berkarier sebagai UX researcher di Jabar Digital Service, Renesa Balqis dengan Roomansa, dan alumni Fakultas Psikologi UGM lainnya yang juga sukses berkarier di dunia digital.

Untuk sesi pertama, dimoderatori oleh Ardian Praptomojati, S.Psi., M.Psi., Psikolog dengan pembicara Prabaswari Desi, S.Psi., Psikologi dan Erlina Dewi Fitriany, M.Psi., Psikolog. Sesi pertama ini pun dibagi menjadi tiga bagian yang terdiri dari penyampaian materi “Kontribusi Keilmuan Psikologi dalam Bidang Ketenagakerjaan di Era Digital” untuk bagian pertama. Kemudian “Implementasi Keilmuan Psikologi dalam Pengembangan Aplikasi Digital” sebagai materi untuk bagian kedua.

Selanjutnya untuk sesi kedua, dimoderatori oleh Acintya Ratna Pratiwi, S.Psi., M.A dengan pembicara Alamanda Shantika Santoso, S.Si., S.Kom dan Galang Lufityanto, M.Psi., Ph.D. Pada sesi ini yang dikemas secara talkshow, Alamanda berbagi pengalamannya dalam bekerja di bidang digital. Sementara Galang menyampaikan tentang PSYDIAC dan kaitannya dengan mahasiswa/i Fakultas Psikologi UGM serta program MBKM.

Harapannya program ini akan melahirkan mahasiswa/i Fakultas Psikologi UGM yang akan menjadi agen-agen perubahan melalui produk digital. Tidak hanya sekedar produk, tetapi juga menjadi solusi dari sebuah masalah yang terjadi di masyarakat.

YES! Webinar: Prokrastinasi dan Manajemen Waktu

Youth Empowerment Studio (YES!)  bekerjasama dengan Central Public Mental Health (CPMH) mengadakan acara Webinar dengan topik “Prokrastinasi dan Manajemen Waktu” pada Jumat (2/7). YES! merupakan salah satu unit yang ada di kluster pendidikan CPMH Fakultas Psikologi UGM yang memiliki visi untuk menyebarkan dan mengkampanyekan akan pentingnya kesehatan mental di kalangan remaja. Webinar yang diadakan YES! kali ini merupakan rangkaian acara dalam menyambut summer lecture series 2021 yang diadakan oleh CPMH pada tanggal 19 Juli-4 Agustus 2021.

Acara webinar kali ini dibersamai oleh Anggit Nursasmito, S.Psi dan Almira Salsabila Wicahyanto sebagai narasumber serta Satria Farqi Kilali sebagi moderator. Acara ini dilaksanakan melalui daring dan diikuti oleh 105 peserta dari berbagai kalangan, seperti pelajar SMA, Mahasiswa, Remaja, dan lain sebagainya. Selain itu, acara ini dimulai pada pukul 13.00 WIB dan berakhir pada pukul 15.00 WIB dengan pembagian sesi pertama untuk pembahasan prokrastinasi dan sesi kedua untuk pembahasan manajemen waktu.

Diangkatnya topik prokrastinasi dikarenakan hal tersebut dapat dialami oleh siapapun, mulai dari mahasiswa maupun pelajar sampai orang-orang yang sudah bekerja. Prokrastinasi merupakan perilaku yang dilakukan oleh seseorang dalam menunda, mengulur waktu, bahkan sengaja menghindar untuk melakukan sesuatu walaupun hal itu penting dan akan berdampak negatif.

Ada lima tahap prokrastinasi yang dapat dialami oleh seseorang, diawali dari perilaku mengindar dan merasakan aman yang timbul dari perilaku menghindar (false security). Setelah menghindar, maka akan muncul perasaan masih ada banyak waktu untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan tersebut (laziness). Selanjutnya, berlanjut dengan mencari-cari alasan agar tidak menyelesaikan tugas atau suatu pekerjaan (excuses) dan semakin menunda pekerjaan semakin merasa tertekan (crisis or pressure) yang berujung pada perasaan frustasi karena tugasnya tidak kunjung usai (frustrated).

Terdapat dua faktor yang dapat melindungi diri dari prokrastinasi atau disebut faktor protektif dan fraktor risiko yang terdiri dari hal-hal yang membuat seseorang rentan untuk melakukan prokrastinasi. Salah satu hal yang dapat melindungi seseorang untuk tidak melakukan prokrastinasi adalah GRIT yang merupakan gabungan dari passion dan kegigihan, “jadi untuk menyelesaikan tugas juga butuh daya juang dan daya tahan”, jelas  Almira. Sementara untuk faktor resiko, terdiri dari perspektif negatif, kecemasan, low level of self identity, time orientation, dan time preference.

Salah satu hal lain yang juga membantu seseorang untuk tidak melakukan prokrastinasi adalah manajemen waktu, “atau semakin disini malah bukan manajemen waktu, tetapi manajemen diri terhadap waktu. Jadi kenali diri sendiri dulu, kira-kira orang yang seperti apa dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan”, terang Anggit. Selain itu, manajemen waktu juga memiliki dampak positif, seperti mengurangi kecemasan, memberikan keseimbangan antara kehidupan dan kerja, berkurangnya perasaan overload dan beban kerja, sebagai salah satu langkah dasar untuk mengembangkan kebiasaan belajar yang baik, menjaga kesehatan fisik, serta menjaga fokus terhadap suatu pekerjaan atau tugas.

Bincang Implementasi MBKM Fakultas Psikologi UGM

Fakultas Psikologi UGM pada hari Jumat (25/06) mengadakan sosialisasi dengan topik “Bincang Impementasi MBKM Fakultas Psikologi UGM”. Acara ini diadakan oleh beberapa pihak yang terdiri dari Prodi Sarjana Fakultas Psikologi UGM, Tim Implementasi Magang, Career Center, dan Office of Cooperation, International Affairs, and Alumni (OCIA). Tujuan diadakannya acara ini untuk menjelaskan tentang pelaksanaan MBKM di Fakultas Psikologi UGM, mekanisme pendaftaran Magang MBKM, dan pengenalan system pendaftaran Magang di SIT. Selain itu, acara ini juga dibersamai oleh Acintya Ratna Pratiwi, S.Psi., M.A selaku pembawa acara dan dibuka oleh sambutan dari Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, yaitu, Dr. Nida Ul Hasanat, M.Si.

Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka atau yang bisa disingkat dengan MBKM merupakan program yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. Program ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa/I untuk mengasah kemampuan sesuai minat dan bakat dengan cara terjun langsung ke dunia kerja untuk mempersiapkan karier di masa depan. “Momen ini diadakan untuk menyemangati kita semua untuk kegiatan magang”, ujar Nida dalam sambutannya.

Detail dari program Magang MBKM disampaikan pada sesi pertama acara ini oleh Elga Andriana, S.Psi., M.Ed, Ph.D sebagai Koordinator Aktivitas MBKM. Pada sesi ini dijelaskan apa itu magang dan jenis-jenisnya. “Program Magang yang dilaksana di Fakultas Psikologi UGM bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar sekaligus memiliki pengalaman yang utuh serta siap untuk terjun dalam dunia kerja sesuai dengan kompetensi bidang psikologi”, jelas Elga. Terdapat 8 jenis magang, yaitu pertukaran pelajar, praktik kerja, asisten mengajar di satuan pendidikan, asisten penelitian, proyek kemanusiaan, kegiatan wirausaha, studi/proyek independen, dan membangun desa/kkn.

Pada sesi berikutnya disampaikan oleh Satwika Rahapsari, S.Psi., M.A., R-DMT sebagai anggota Tim MBKM Fakultas mengenai mekanisme pendaftaran MBKM melalui SIT. Skema magang dibagi menjadi tiga, mandiri yang mengharuskan mahasiswa/i mencari sendiri kesempatan magang, penawaran oleh fakultas, serta penawaran oleh pemerintah. Secara keseluruhan alur pendaftarannya serupa, namun yang membedakan ada di poin pengajuan proposal bagi skema magang mandiri dan terdapat proses seleksi pada skema magang yang ditawarkan oleh pemerintah.

Kemudian pada sesi selanjutnya dijelaskan tentang konversi SKS oleh Galang Lufityanto, M.Psi., Ph.D selaku Ketua Program Studi Sarjana Psikologi. “Untuk angkatan 2019 tidak ada mata kuliah magang, oleh karena itu akan mengalami pengkonversian. Sementara untuk angkatan 2020 ada mata kuliah magang”, terang Galang. Selain itu, acara ini juga menjelaskan tentang simulasi langsung pendaftaran magang melalui SIT yang disampaikan oleh Ardian Praptomojati, S.Psi., M.Psi., Psikolog dan penjelasan penyesuaian program magang pada International Undergraduate Program (IUP) yang disampaikan oleh Ketua Program Studi International Undergraduate, yaitu Dr. Wenty Marina Minza, M.A.

UKP Bersinergi UKP Berbagi: Seni Merangkul Emosi Anak

Unit Konsultasi Psikologi (UKP) pada hari Rabu (16/06) mengadakan acara UKP Bersinergi UKP berbagi ke-6 dengan topik “Seni Merangkul Emosi Anak”. Acara tersebut dilaksanakan secara daring dengan Ismu Chandra Kurniawati, M.Psi., Psikolog sebagai narasumber. Acara diawali dengan narasumber yang menunjukkan platform interaktif kepada peserta untuk sharing mengenai bagaimana perasaannya hari ini melalui gambar-gambar yang menampilkan emosi-emosi tertentu. “Apapun perasaan yang Bapak atau Ibu alami saat ini adalah valid. Tidak ada yang benar maupun salah. Itu memang sesuatu yang Bapak/Ibu alami saat ini dan itu sebenarnya sesuatu yang penting untuk kita”, jelas Ismu.

Ketika seseorang mencoba mencari tahu apa yang dirasakan sebenarnya ia juga sedang berusaha terhubung dengan dirinya sendiri dan sedang mencoba untuk mengenali kondisi diri. Setelah seseorang tahu sedang merasakan emosi apa, maka pertanyaan yang muncul adalah apa yang harus kita lakukan dengan emosi tersebut. Untuk orang dewasa, pertanyaan tersebut cenderung mudah dijawab, tetapi bagaimana dengan anak-anak?

Faktanya, anak-anak sudah memiliki emosi sejak mereka lahir, tetapi anak-anak butuh orang dewasa untuk mengatur emosi tersebut. Sayangnya, tidak semua orang dewasa dapat membantu anak untuk mengatur emosi anak. Ada orang tua yang menyepelekan bahkan mengejek ketika anak sedang mengalami emosi marah. Ada juga orang tua yang menganggap emosi anak tidak penting bahkan menolak mendengarkan ketika sedang mogok atau menolak melakukan sesuatu. “Disitulah pentingnya memahami, merangkul, dan kemudian mengatur emosi anak”, terang Ismu.

Ada beberapa cara yang tepat dalam meregulasi emosi. Pertama, harus mengenal komponen emosi terlebih dahulu. Emosi terdiri dari tiga komponen, yaitu perilaku ekspresif, perubahan sensasi fisik, dan pengalaman subjektif. Setelah mengetahui ketiga komponen tersebut, maka langkah selanjutnya adalah mengelola. Dari komponen perilaku ekspresif dapat dilihat apakah perilaku yang ditampilkan ketika menampilkan emosi tertentu tergolong bahaya atau tidak. Kemudian, secara komponen perubahan fisik orang dewasa dapat membantu menjelaskan bahwa anak ketika marah tubuhnya gemetar atau ketika takut keluar keringat lebih banyak. Hal itu, dapat membantu anak untuk terhubung dengan kondisi fisiknya ketika sedang mengalami emosi tertentu. Terakhir, orang dewasa dapat membantu untuk merefleksikan pengalaman subjektif dalam emosi-emosi yang dirasakan. Namun, lakukan refleksi emosi ketika anak-anak sudah dalam kondisi tenang.

Tujuan dari merangkul emosi bukan dalam rangka menghilangkan emosi marah, sedih, takut, dan emosi lainnya yang tidak nyaman. Tujuan merangkul emosi juga bukan untuk membuat merasa senang setiap saat. Akan tetapi, tujuan dari merangkul emosi adalah untuk mengizinkan anak merasakan tiap emosi dalam situasi yang aman, mengelola pikiran, dan tubuh sehingga emosi menjadi teman terbaik yang mendukung terus bertumbuh. Selain itu, proses merangkul emosi tidak perlu dibandingkan dengan orang lain.

Educational Psychology Practice in Australia Including Times of COVID-19

Fakultas Psikologi UGM pada Jumat (11/6) menyelenggarakan kuliah tamu dengan topik “Educational Psychology Practice in Australia including times of COVID-19”. Acara ini dibersamai oleh narasumber yang merupakan seorang educational ethics di private school dan dosen sekaligus supervisor di Cronichal Clinic Monarch University, Dr. Pascale Paradis BA. MEd, DEdPsy, MAPS, MBPsS, FCEDP.

Dimulai pada pukul 14.00, acara ini terlebih dahulu dibuka oleh Elga Andriana, S.Psi., M.Ed., Ph.D yang memberi sambutan dan ucapan selamat datang kepada peserta. Elga juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu terlaksananya acara. Kemudian acara dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh narasumber.

Penyampaian materi diawali dengan Pascale yang menyampaikan bahwa ada tiga tema luar biasa yang akan disampaikan berkaitan dengan praktik psikologi pendidikan pada lingkungan sekolah di Australia. Pertama, tema yang berkaitan dengan bentuk praktik pada sekolah di Australia. Ada beberapa bentuk praktik, diantaranya praktik yan dibuat berdasarkan hasil kerjasama sekolah dengan pemerintah, bekerja dengan sekolah-sekolah private, dan lainnya. Kemudian, dari bentuk-bentuk praktik tersebut dibagi lagi berdasarkan kebutuhan dan pendanaan, wilayah sosial-ekonomi, dan wilayah strategis.

Selanjutnya, peran praktik psikologi pendidikan dibagi menjadi tiga tingkat. Tingkat pertama untuk menangani semua orang. Tingkat kedua untuk anak-anak yang berisiko rendah. Terakhir, tingkat ketiga untuk menangani anak-anak yang berisiko tinggi dengan meminimalisir dampak.

Lebih detail lagi, Pascale memberikan beberapa poin terkait hal-hal apa saja yang dilakukan oleh psikolog dalam ranah sekolah di Australia. Pascale menyebutkan bahwa psikolog harus memahami sistem pendanaan karena berkaitan dengan pemberian treatment. Beberapa kasus pernah terjadi, ketika didapati sekolah yang memiliki dana berlebih, maka sekolah tersebut dapat menjadi penggerak lingkungan sekitarnya. Dana yang lebih dapat disalurkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan melalui proyek komunitas, sehingga orang tua yang membutuhkan dana untuk treatment tetap dapat memperoleh dana dari sekolah lain. Meskipun, tetap ada syarat dan ketentuan yang berlaku.

Kemudian, psikolog bertugas untuk mencatat kebutuhan, mendukung rencana pengembangan perilaku, melakukan pengukuran, memberikan rekomendasi. Bahkan juga melakukan komunikasi dengan pihak-pihak non-psikolog atau umum yang membutuhkan informasi terkait proses treatment.