Art Therapy And Biodanza For Survivors Of Natural Disaster

Judul di atas kedengarannya unik dan menarik untuk dikaji dan dibahas lebih lanjut.  Mengapa unik? Karena terapi korban bencana ini menggunakan irama musik dan dansa yang berfilosofi tinggi dan telah diujicobakan di Afrika. Oleh karena itu, Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada dengan senang hati menerima kehadiran Dr Stueck asal Argentina, namun beliau mengambil studi di Jerman dan tinggal di sana.

Beliau datang kemari dengan satu tujuan yang mulia, yaitu mengajarkan dan memberikan pemahaman tentang filosofi dansa.  “Berdansa dengan tubuh berarti kita mengolah api, air, tanah dan udara”,  tuturnya. Hal ini sama dengan filosofi jawa Sedulur Papat Limo Pancer.

Acara Biodanza For Survivors Of Natural Disaster (6 Januari) terbilang sukses karena peserta yang datang melebihi target yang diperkirakan. Antusiasme peserta begitu berapi-api hal itu terleihat ketika alunan musik mulai dimainkan hingga selesai. Dr Stueck menunjukkan komitmennya untuk sosialisasi biodanza ini, beliau dan kawan-kawan rela mengeluarkan biaya akomodasi sendiri untuk bisa bercengkrama dan tentunya berdansa di sini, Indonesia.

Ada pula Prof Witruk Evelin Witruk dari Universitat Leipzig, Germany, mengajarkan gerakan painting therapy, namun dia mengeluhkan sempitnya ruangan. Ke depannya acara ini akan diafiliasi dengan lebih baik. Mulai dari persiapan ruangan yang lebih lebar dan luas.

Kerja sama antara Universitas Gadjah Mada dengan Universitat Leipzig yang sudah erat ini akan diperpanjang hingga 5 tahun ke depan.