Alumni Berbagi Kisah Profesi Lulusan Psikologi

Beradasarkan hasil survey Departemen Akademi dan Profesi Lembaga Mahasiswa (LM) Psikologi, mahasiswa S1 cenderung memilih untuk melanjutkan pendidikan S2 dengan setting klinis dan industri organisasi sebagai bidang yang paling banyak diminat? LM Psikologi mengadakan sharing session bersama alumni pada Kamis, 29 Oktober 2015 lalu untuk mengetahui peran profesi lulusan psikologi.

Annisa Poedji Pratiwi, M. Psi., Psi., adalah alumnus S1 angkatan 2008 dan S2 Magister Profesi angkatan 2012. Shasa, panggilan akrabnya kini berkecimpung dalam setting klinis dan bekerja sebagai psikolog RS, Puskesmas, lembaga kesehatan, bekerja sama dengan sekolah dan perusahaan, serta masih banyak lainnya. Alasan Shasa memilih psikologi klinis untuk menghapus stigma negatif masyarakat mengenai masalah gangguan jiwa. Selain itu, setting klinis dapat masuk ke dalam bidang apapun, contohnya bekerja sama dengan sekolah dan perusahaan.

Menurut Shasa, pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki mahasiswa S1 jika ingin melanjutkan di setting klini,  yaitu observasi, wawancara, psikodiagnostika dan intervensi. Melalui pengalamannya saat terjun langsung ke masyarakat, Shasa banyak belajar mengenai pemverian psikoedukasi. “Psikolog perlu memberikan edukasi kepada klien sehingga mereka lebih terbuka dan nyaman”, ungkapnya. Shasa juga menambahankan bahwa materi edukasi yang diberikan tidak boleh sembarangan. “ Psikolog memberikan materi, penyuluhan dan edukasi sesuai dengan kompetensi yang dimiliki”, jelasnya.

Ayodya Narutama, S. Psi., adalah alumnus angkatan 2006 merupakan founder Biro Psikologi CMT (Coconut Management Team). Menurut Ayod, lulusan psikologi tidak harus bekerja hanya sebagai karyawan HRD atau personalia, ia menjelaskan peluang lain yaitu dengan membuka usaha training yang berkaitan dengan ilmu psikologi. Ayod menceritakann perjalanannya membangun biro psikologi yang dimulai dari nol hingga kini memiliki aset hingga 80 juta rupiah dengan total omset yang terus meningkat setiap tahunnya.

Berdasarkan pengalamannya itu, Ayod berpesan agar mahasiswa tidak lagi mengotak-kotakkan psikologi organisasi dan industri hanya pada bidang tertentu saja. “Buatlah industri psikologi, bukan psikologi industri”, tegas Ayod. Ia juga memberikan tips kepada mahasiswa yang ingin berwirausaha di bidang psikologi dengan mempelajari suatu hal secara sungguh-sungguh, aktif berkomunikasi menambah networking serta menguasai ilmu public speaking. [Alifah]