Center for Life-Span Development (CLSD) Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) bersama Read Aloud Indonesia menyelenggarakan Training for Trainers (ToT) Read Aloud: The Reading Buddies Program, Senin (21/8). Kegiatan ini dihadiri interns dan associates CLSD sebagai tahap persiapan program Pengabdian kepada Masyarakat bertajuk The Reading Buddies.
Kegiatan dibuka Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Kerja Sama Fakultas Psikologi UGM, Dr. Wenty Marina Minza, M.A., yang memberikan apresiasinya terhadap usaha pemulihan pembelajaran bagi anak-anak yang dilakukan CLSD dan Read Aloud Indonesia melalui kegiatan ini.
“Ini adalah salah satu upaya untuk melakukan pemulihan pembelajaran dan CLSD sudah langsung menangkap kesempatan untuk kemungkinan bekerjasama dengan Read Aloud karena kami juga merasa bahwa kemampuan membaca, apalagi ketertarikan anak dengan buku sekarang ini memang sulit untuk dibangkitkan,” ungkap Wenty.
Founder Reading Bugs: Komunitas Read Aloud Indonesia, Roosie Setiawan memulai penyampaian materi pada sesi satu mengenai membacakan buku secara nyaring dan tahapan-tahapannya. Roosie membahas buku The Read Aloud Handbook’ dan buku ‘Membacakan Nyaring’ sebagai dasar pemahaman konsep read aloud.
Buku ‘The Read Aloud Handbook’ yang ditulis oleh Trelease menjelaskan, membacakan buku dengan nyaring kepada anak dapat membangun kosakata dan mengkondisikan otak anak untuk mengasosiasikan membaca dengan kesenangan serta menanam kegemaran membaca. Sementara itu, buku ‘Membacakan Nyaring’ yang ditulis sendiri oleh Roosie mengulas beberapa strategi dalam menarik minat anak usia 0-24 bulan untuk mencintai kegiatan membaca. Rosie juga menjelaskan manfaat yang bisa didapat dari membaca nyaring di bukunya. Buku tersebut juga disertai berbagai ilustrasi untuk menarik minat pembacanya.
Kaitan membaca dan efeknya dengan otak anak juga dibahas pada sesi selanjutnya. Roosie menceritakan beberapa situasi ketika anak dapat membaca dengan lancar meskipun tidak pernah diajarkan cara membaca secara formal. Hal tersebut terjadi karena anak secara otodidak belajar cara membaca ketika orangtua atau gurunya membacakan buku secara nyaring kepadanya. Roosie juga menjelaskan bagaimana memilih buku yang cocok untuk dibacakan nyaring sesuai tahap perkembangan anak. Tentunya buku yang cocok untuk dibacakan nyaring pada anak bayi 18-24 bulan akan berbeda dengan buku yang dapat dibacakan nyaring dengan anak kelas 5 SD.
Kegiatan diakhiri dengan praktik membaca buku secara nyaring oleh interns dan associates CLSD, disertai diskusi dan pemberian masukan dari Roosie Setiawan. Harapannya dari pelatihan ini, interns dan associates CLSD mendapatkan ilmu dan keterampilan baru dalam praktik membacakan nyaring yang akan menjadi bekal untuk membaca nyaring bersama anak-anak pada kegiatan CLSD selanjutnya yakni The Reading Buddies.
Sumber: CLSD UGM
Editor: Erna