Psikologi UGM Rebut Juara 3 Lomba Debat Psikologi Universitas Padjajaran

Untuk menyiapkan generasi muda, khususnya mahasiswa psikologi, dalam menghadapi AFTA (Asean Free Trade Area), BEM Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran menyelenggarakan Psyweek 2014. Psyweek 2014 merupakan serangkaian acara yang berlangsung selama tiga hari, mulai tanggal 6-8 November 2014. Acara tersebut dilaksanakan di Jatinangor, Bandung dan terdiri dari tiga rangkaian acara: Napsyional (kumpul bareng mahasiswa psikologi Indonesia), Psyferia, dan Semnas (Seminar Nasional).

Pada Psyweek 2014 yang terbuka bagi mahasiswa psikologi di seluruh Indonesia ini, tiga orang mahasiswa psikologi UGM turut berpartisipasi. Mereka bertiga unjuk gigi dalam lomba debat yang merupakan bagian dari Psyferia. Tidak tanggung-tanggung, piala juara tiga dapat mereka gondol menuju Yogyakarta.

Perjuangan meraih juara tiga tidaklah mudah. Semua ini berawal dari Ditta, mahasiswi psikologi UGM 2012, yang mengetahui adanya lomba debat psikologi UNPAD. Ia mengajak teman-temannya untuk menjadi satu tim debat bersamanya. Akan tetapi, sampai tiga hari ditunggu, tidak ada satu pun yang ingin ikut. Akhirnya, Ditta mengajak dua orang teman satu angkatannya, Anggrelika dan Annisa, yang menurutnya potensial.

Dita, Anggrelika, dan Annisa menempati posisi yang berbeda, sesuai dengan kemampuan masing-masing. Annisa bertanggung jawab pada posisi pembicara pertama yang bertugas untuk membuka, mengarahkan jalannya debat, menegakkan argumen dan sikap. Posisi pembicara kedua ditempati oleh Anggrelika yang siap menganilisis dan memberikan pernyataan sikap yang disertai data dan bukti ilmiah. Pembicara tiga yang harus mampu mengambil celah untuk menjatuhkan lawan dan melakukan serangan sekaligus menegaskan sikap tim diamanahkan kepada Ditta.

Pertandingan berjalan sengit pada tahap semi final antara tim UGM (Ditta dkk) melawan tim UI. Sampai-sampai dewan juri yang berasal dari UNPAD, alumni UI, tim debat ITB, dan Maranata harus berunding selama 30 menit. Akhirnya, diputuskan bahwa UI lah yang akan melenggang untuk memperebutkan jura 1 dan juara 2. Tim Ditta cs sempat tidak menerima keputusan tersebut karena tim UI dirasa sangat minim data dan menyerang tanpa solusi. Walaupun begitu, akhirnya tim psikologi UGM harus berbesar hati menjadi juara ketiga setelah berhasil mengalahkan UIN Sunan Kalijaga.

Pada penutupan acara keseluruhan terjadi hal yang menarik. Bukannya menghampiri juara 1 (UNPAD) dan juara 2 (UI), dewan juri malah mengahampiri tim UGM. Yang lebih mengejutkan, dewan juri mengatakan bahwa sebenarnya tim UGM bisa menjadi jura 1. Menurut pengakuan Ditta, apa yang dilakukan dewan juri ini adalah suatu kehormatan bagi Ditta dan dua teman satu timnya, Anggrelika dan Annisa.

Sepulang dari perlombaan, Ditta dkk berpendapat bahwa perlu adanya suatu komunitas di psikologi UGM yang mewadahi minat mahasiswa dalam mengikuti perlombaan psikologi. Hal itu sangat penting mengingat prestasi merupakan salah satu indikator keberhasilan sebuah universitas. Oleh karena itu, mereka berharap Fakultas Psikologi UGM dapat mendukung dan merealisasikan komunitas tersebut. Memang, Ditta, Anggrelika, dan Annisa berkeyakinan kuat bahwa hardskill saja tidak cukup untuk menghadapi masa depan. Sudah saatnya mahasiswa mengembangkan softskill. [Marsa]