Rilis Sabtu (29/7) di Ledok Sambi, buku berjudul Never Give Up oleh Mahasiswa Pecinta Alam Psikologi (PALAPSI) UGM tahun 1983-1985 kisahkan perjalanan pendakian Gunung Carstensz Pyramid dan Penelitian Indigenous Psychology terhadap masyarakat pemukiman transmigrasi di Nabire, masyarakat Dani dan Damal di Ilaga, yang kala itu masih bernama Irian Jaya.
Epi Sepdiatmoko (Psikologi angkatan 1979), Ketua Ekspedisi III PALAPSI Carstensz Pyramid sekaligus ketua PALAPSI 1983-1984 melakukan penandatanganan buku dan bersama Ardian Rahman Afandi, S.Psi, M.Psi, Psikolog, mewakili Dekan Fakultas Psikologi UGM merilis secara resmi buku Never Give Up.
“PALAPSI merupakan salah satu Badan Kegiatan Mahasiswa (BKM) fakultas yang menjadi contoh bagi BKM lainnya karena kekeluargaan dan capaiannya yang luar biasa,” jelas Ardian.
Dwi (Psikologi angkatan 1980) menyampaikan, proses penulisan buku hingga akhirnya dirilis membutuhkan waktu dua tahun lamanya (2021-2023). Penulis buku yang merupakan seluruh peserta Ekspedisi Carstensz amat gigih mengenang tiap detail dalam ekspedisi yang dilakukan 40 tahun silam ini. Kegigihan tersebut berbuah pembelajaran yang dapat dipetik dari kisah di buku Never Give Up. Pada kesempatan yang sama Epi mengajak seluruh hadirin melakukan doa bersama bagi Meddy (Psikologi angkatan 1982) yang telah berpulang di tengah penulisan buku, serta untuk para almarhum khususnya yang terlibat dalam Ekspedisi Carstensz.
Prabaswara Dewi, Ketua Keluarga Alumni Fakultas Psikologi UGM (KAPSIGAMA) yang turut hadir secara daring berharap melalui buku Never Give Up, senior PALAPSI dapat memberikan teladan nyata melalui buku maupun pengalaman yang luar biasa kala itu.
Erwanda Ersa, Ketua PALAPSI yang juga merupakan mahasiswa Psikologi UGM angkatan 2019 juga turut memberikan sambutan, “Perjalanan yang bermakna ini terpatri pada buku yang semoga terus tersalurkan sampai generasi berikutnya,” ungkap Ersa.
Yudhi Hermanu (Psikologi angkatan 1979) membuka sesi bedah buku, diawali dari Ekspedisi Rinjani-Agung, peristiwa PROGO Traumatic Stress Disorder (PTSD), dan proses pemulihan pada Ekspedisi Kerinci-Mentawai lahirlah mimpi Ekspedisi Carstensz. Berbagai proses dari memantapkan diri dan tim tak hanya fisik, mental, dan administratif, namun juga berbagai tantangan hingga akhirnya 23 PALAPSIER, Pathub, Pakgo, Epi, Yudhi, Bayek, Eddi, Marulam, Dwi, Bimo, Liu, Tompel, Yoyok, Tami, Mutia, Meddy (alm.), Pupung (alm.), Grace, Reni, Totok, Bo, Titin, Srijanto, dan Junus, menyelesaikan Ekspedisi Carstensz Pyramid (9 Desember 1984 – Februari 1985).
Never Give Up merangkum keberhasilan PALAPSIER (sebutan anggota PALAPSI) melakukan penelitian di Nabire dan Ilaga, serta Ekspedisi Carstensz Pyramid. Keberhasilan ini disebut PALAPSIER sebagai experiential learning, yaitu jutaan pengalaman hidup dengan beragam pemaknaan yang terbentuk pada tiap individu yang menjalani, menjumpai, atau bahkan hanya dengan membacanya.
Sumber: PALAPSI UGM
Editor: Erna