Kuliah Online: “Toxic Positivity” dan Kesehatan Mental

Kuliah Online yang diadakan oleh Center for Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi kembali digelar pada Jumat (26/3). Untuk pembahasan kuliah online kali ini dibersamai Nurul Kusuma Hidayati, M.Psi., Psikolog dan Wirdatul Anisa, M.Psi., Psikolog sebagai narasumber yang membahas “Toxic Positivity” dan Kesehatan. Acara ini dibuka oleh narasumber yang mengajak partisipan untuk menulis pendapat tentang apa itu toxic positivity. Beberapa partisipan mengungkapkan bahwa toxic positivity berkaitan dengan berpikir positif yang kebablasan sehingga menjadi racun untuk diri kita. Kemudian partisipan yang lain menganggap toxic positivity adalah tindakan yang buruk, tetapi dengan penyampaian yang baik dan masih banyak lagi pendapat-pendapat partisipan terkait toxic positivity.

“Jadi bukan berarti positive thinking itu bukan yang kemudian mutlak, semuanya positif, yang negatif jadi positif”, jelas Nurul. Padahal disisi lain, seseorang juga tidak boleh memungkiri bahwa ada juga hal negatif yang terjadi, baik itu emosi atau pikiran. Bersikap atau berpikir tidak sama dengan menghilangkan atau menganggap emosi negatif adalah hal yang buruk. Justru ketika itu terjadi akan membawa seseorang berada pada kondisi yang menolak pengalaman atau emosi negatif.

Toxic positivity ini adalah ketika sikap positif itu kemudian digeneralisasikan ke semua situasi dan mengabaikan perasaan serta emosi negatif. Tidak dirasakan, didengarkan, bahkan tidak diakui keberadaannya”, terang Nurul. Di satu sisi, emosi negatif memang suatu hal yang tidak baik, tetapi bukan berarti seseorang tidak bisa mendapatkan hal baik dari pengalaman atau emosi negatif tersebut.

Hal lain yang juga disampaikan oleh acara ini adalah bagaimana mengenali toxic positivity. Ada beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai tanda dari kondisi toxic positivity. Beberapa hal tersebut adalah menyembunyikan perasaan yang sebenarnya, merasa bersalah atas emosi yang dirasakan, menyepelekan hal yang mengganggu dengan menganggapnya sebagai hal yang wajar, dan sebagainya. “Menghadapi suatu masalah yang negatif itu tidak mudah. Mungkin maju-mundur dan itu normal. Tetapi, intinya adalah upayakan untuk menghadapi itu, hadapi saja senegatif apa pun”, ungkap Nurul.

Selain membahas tentang toxic positivity, acara ini juga membahas tentang healthy positivity. Ada tiga hal yang berkaitan dengan healthy positivity, yaitu mindset untuk menerima seluruh bentuk emosi, dan belajar darinya untuk dapat berkembang. Healthy positivity ini juga membutuhkan upaya dan usaha yang keras serta dapat mengubah bagaimana seseorang melihat kondisi di sekitarnya.

Melalui acara ini, narasumber menyampaikan kepada partisipan bahwa kita adalah manajer dari emosi. Sebagai seorang manusia, kita memiliki kemampuan untuk mengontrol emosi tersebut.