Abstrak:
Penelitian mengenai model Resilience Intervention dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan upaya rehabilitasi problem psikologis yang dialami para narapidana lanjut usia. Belum ada model rehabilitasi psikologis untuk para narapidana, juga yang khusus untuk yang berusia lanjut. Hasil asesmen problem psikologis (Ekowarni, 2009) yang dirasakan para narapidana lanjut usia adalah : (1) gangguan tidur ; (2) gelisah ; (3) sedih ; (4) ingin segera keluar dari LP ; (5) merasa terancam ; (6) mengalami kekerasan sesama narapidana maupun petugas ; (7) merasa tidak sehat ; (8) khawatir meninggal di LP ; (9) takut mendapat pembalasan dari korban maupun keluarganya ; (10) tidak dapat berpikir jernih karena jenuh.
Berdasarkan karakteristik “criminogenic needs assessment” para narapidana usia lanjut termasuk kriteria “non criminogenic” sehingga digunakan rehabilitasi model resilience from tragedies yang dikembangkan Grotberg (2003), selanjutnya sesuai dengan kebutuhan rehabilitasi para narapidana militer maupun sipil dikembangkan menjadi model resilience intervention.
Dengan metode “sarasehan/FGD”, karena subjek penelitian tidak memiliki kemampuan bahasa Indonesia dengan baik dan untuk mengekspresikan perasaan dan pengalaman dengan lebih tepat, maka seluruh proses menggunakan bahasa Jawa. Berdasarkan penilaian tiga orang pengamat yang melakukan pencatatan pre dan post intervention disimpulkan terjadi positive psychological change yang signifikan. Penilaian dilakukan secara kualitatif berdasarkan evaluasi diri, penilaian sesama narapidana dan judgement pengamat.
Kata kunci: narapidana lanjut usia, problem psikologis, resilience intervention