Enam orang mahasiswa sarjana Fakultas Psikologi UGM turut berpartisipasi dalam konggres International Association for Cross-Cultural Psychology (IACCP) 2014 di Reims, Perancis, pada 15-19 Juli 2014 lalu. Mahasiswa tersebut adalah Niken Rarasati, Nurul Aisya Beryllia, Orysa Noor Azizah, Aulia Kusuma Wardani, dan Rahajeng Dian Kurniasari. Serta satu mahasiswa Magister Psikologi, Sulasmi Sudirman. Mereka didampingi oleh Prof. Kwartarini Wahyu Yuniarti, Ph.D. Konggres tersebut diselenggarakan oleh Department of Psychology, University of Reims.
Konggres IACCP ke-22 kali ini bertema “Diversity, Equality and Culture”. Berikut daftar penelitian dari mahasiswa Fakultas Psikologi UGM: 1.) Orysa Noor Azizah – Happiness as Perceived by Indonesian Adolescents; 2.) Aulia Kusuma Wardani – Understanding the Causes of Anger Among Indonesian Students: An Indigenous Psychology Approach; 3.) Nurul Aisya Beryllia – Sadness among Indonesian Students: An Indigenous Psychology Study.
Mengikuti ajang internasional IACCP memang menjadi pengalaman tersendiri bagi para mahasiswa Center for Indigenous and Cultural Psychology (CICP) Fakultas Psikologi UGM tersebut. “Bertemu langsung dengan orang-orang hebat yang selama ini sebelumnya hanya tulisannya yang saya baca. Sharing mengenai hasil penelitian dengan peneliti lain dan banyak mengenai proses meneliti serta mengetahui hasil sekaligus metode-metode penelitian yang sebelumnya belum saya ketahui”, ujar Aulia.
“Pertama, waktu masuk simposiumnya Michael Boiger. Waktu itu merasakan sendiri kita berada di level konferensi yg lebih tinggi dari yang pernah diikuti sebelumnya. Waktu itu juga merasa sangat kagum sekaligus secara tidak langsung seperti diingatkan kalau kita harus banyak-banyak belajar, baca buku dan jurnal-jurnal yang rajin, dan terus mengembangkan penelitian kita karena kelas simposium itu pembicaranya masih terhitung muda tapi mereka sudah doktoran dan penelitiannya (termasuk metodenya) menurutku cukup luar biasa. Kedua, waktu ikut kelas simposium para pembesar-pembesar cultural psychology macam Lonner, Berry, dan Poortinga tentang perjalanan cultural psychology sendiri, hasil-hasil penelitian sejauh ini dan bagaimana sampai sekarang kita masih punya PR besar, bagaimana hasil-hasil penelitian itu bisa diaplikasikan bagi kemaslahatan masyarakat luas. Ketiga, ya sama seperti Aul, bisa bertemu langsung dengan orang-orang yang selama ini cuma kita kenal namanya lewat tulisan. Tapi poin pentingnya adalah, meskipun mereka sudah sangat ahli dibidangnya, mereka tetap tidak berhenti belajar dan tetap rendah hati. Yaa, banyak hal yang bisa didapat. Alhamdulillah..”, kesan Nurul.
Sama seperti teman-temannya, Risa sapaan akrab dari Orysa Noor Azizah juga berbagi pengalaman. “Bertemu dengan orang-orang hebat di bidang psikologi tentunya memberikan pengalaman tersendiri yang sangat berkesan, terutama ketika saya berkesempatan untuk mengikuti kelas symposium-symposium yang ada. Saya menyadari bahwa saya masih harus banyak belajar mengenai proses penelitian dan metode penelitian itu sendiri. Disamping itu, saya juga berkenalan dengan beberapa partisipan yang ternyata juga mahasiswa S1 yang berasal dari Guam, Amerika Serikat. Kami berbagi cerita mengenai penelitian yang dilakukan masing-masing, sampai dengan pengalaman kami selama mengikuti konferensi internasional yang pernah diikuti sebelumnya. Pengalaman-pengalaman tersebut membuat saya semakin termotivasi dan bersemangat untuk mengembangkan penelitian yang telah dan sedang kami jalani.”, tututnya.