Dua Mahasiswa Psikologi UGM Ikuti Program Warsaw International Studies in Psychology

Dua mahasiswa Fakultas Psikologi UGM yaitu Dyah Arum Ayuningtyas dan Paulina Popy Kirana saat ini sedang menempuh studi di Warsaw International Studies in Psychology di Uniwersytet Warszawski, Warsaw, Polandia. Dua mahasiswa angkatan 2009 ini mendapatkan beasiswa dari Panacea, Erasmus Mundus untuk program pertukaran pelajar. Bersama dengan empat mahasiswa lainnya dari UGM dengan beasiswa yang sama, Tyas menjalani studi psikologi selama 5 bulan dan Popy selama 10 bulan.

Program Warsaw International Studies in Psychology (WISP) yang mereka jalani ini berada di bawah payung Faculty of Psychology, Uniwersytet Warszwaski . Namun program ini berbeda dari program reguler Fakultas Psikologi karena program ini adalah program internasional dengan bahasa pengantar bahasa inggris, maka banyak dijumpai mahasiswa dari berbagai negara. Mata kuliah yang ditawarkan pun unik seperti Psychology of Being Fabulous; Psychology of Love; Modern World, Stone Age Mind ; Psychology and Pop Culture; Social Dillema and Justice. Dosen-dosen yang mengajar kebanyakan berasal dari luar fakultas seperti dari Amerika, Inggris, Belgia, Belanda, dan berbagai negara lainnya. InteraksiĀ  dengan dosen pun lebih kasual dengan mahasiswa bisa menanyakan apa saja via apa saja dan direspon dengan cepat bahkan para dosen pun ikut bergabung di party. Dengan jumlah mahasiswa yang sedikit dalam satu kelas, biasanya dosen pun mengenal mahasiswanya. Hal menarik lainnya adalah gedung kuliah yang dipakai adalah bekas markas Nazi.

Pengalaman yang dijumpai di sini selain akademik adalah kendala bahasa. Polish konon merupakan salah satu bahasa yang paling sulit di dunia. Dengan berbekal kursus bahasa Polish selama 2 minggu, cukuplah sekiranya untuk mengucapkan percakapan-percakapan dasar. Berbicara mengenai kota tempat tinggal, Warsaw adalah kota modern dengan gedung-gedung tinggi dan fasilitas umum yang memadai. Ada banyak spot tentang sejarah kelam Yahudi disini. Biaya hidup di Polandia ini terhitung murah dibandingkan dengan negara-negara Eropa lainnya, sehingga tidak menemukan kesulitan untuk bertahan hidup. Selama menjalani studi, Tyas dan Popy juga tak lupa travelling ke beberapa negara di Eropa. Dengan travelling mereka mengakui dapat mengenal perbedaan karakteristik diantara penduduk Eropa sekalipun dan tentu saja berkenalan dengan orang-orang.