Penyelenggara | : | Center for Public Mental Health |
---|---|---|
Lokasi | : | Ruang A-203 Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada |
Website | : | http://cpmh.psikologi.ugm.ac.id/ |
Waktu | : | Rabu, 09 Mei 2018 |
Pendahuluan
Depresi ditandai dengan munculnya mood depresi dan kehilangan ketertarikan atau kesenangan (DSM V). Depresi merupakan gangguan jiwa yang memiliki prevalensi yang tinggi di dunia. WHO (2017) memperkirakan, terdapat setidaknya 322 juta penduduk di seluruh dunia yang menderita depresi. Depresi menjadi salah satu beban penyakit global terbesar. Depresi lebih sering ditemukan pada perempuan dibandingkan pada laki-laki, dan paling banyak ditemukan pada penduduk berusia 55-74 tahun (WHO, 2017). Ditemukan pula depresi pada penduduk usia anak, remaja, dan usia produktif.
Aspek budaya menjadi salah satu isu penting dalam depresi. Banyak penelitian yang membahas kontribusi faktor budaya pada depresi. Salah satunya, Ekspresi depresi ditemukan memiliki variasi yang signifikan pada beberapa budaya tertentu (Haroz, et al., 2017). Selain itu, faktor protektif depresi juga memiliki perbedaan tergantung pada budaya. Misalnya, kolektivitas yang merupakan salah satu hal yang terkait dengan budaya, menjadi faktor protektif di negara berbudaya ketimuran (Caldwell-Harris & Aycicegi, 2006). Di sisi lain, kolektivitas justru menjadi faktor risiko depresi di negara Rusia yang memiliki budaya kolektivitas (Knyazev, Kuznetsova, Savostyanove, & Dorosheva, 2017). Di Indonesia sendiri, Peltzer & Pengpid (2018) menemukan beberapa faktor yang terkait depresi di Indonesia. Faktor yang terkait dengan budaya diantaranya, kurangnya social trust, dan religiusitas. Kurangnya social trust dan religiusitas secera positif berkorelasi dengan depresi ringan hingga berat. Hal tersebut menunjukan, pertimbangan faktor budaya dalam menjelaskan depresi sangat penting untuk dilakukan (Kirmayer, Gomez-Carrillo, & Veissiere, 2017).
Fakta dan temuan diatas menunjukan pentingnya dilakukan pembahasan budaya dan depresi. Oleh karena itu, CPMH Fakultas Psikologi akan membahas peran budaya pada depresi, khususnya pada budaya yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kegiatan ini merupakan kegiatan pendahuluan dari International Convention on Depression and Culture: The Untold Story yang akan diselenggarakan pada bulan Juli 2018. Pre-convention ini diselenggarakan dengan tujuan memberikan pengetahuan tentang dasar-dasar pengetahuan mengenai depresi.
Target Peserta
- Akademisi
- Peneliti
- Praktisi
- Pemangku kebijakan
- Umum
Jadwal Kegiatan
Waktu | Kegiatan | Pengisi acara |
07.00 – 07.30 | Registrasi peserta | |
07.30- 08.00 | Pembukaan:
|
Prof. Dr. Faturochman, MA
Dr. Diana Setiyawati, M.HSc.Psy. |
08.00 – 09.00 | Epidemiologi Depresi dan Urgensi Penanganan Depresi | Prof. Siswanto Agus Wilopo, M.Sc., MD., Ph.D |
09.00 – 10.00 | Dinamika Psikologis Depresi | Prof. Dr. Sofia Retnowati, M.S. |
10.00 – 11.00 | Aspek Budaya dalam Depresi: Studi Kasus di Gunung Kidul | dr. Ida Rochmawati, Sp.KJ. |
11.00 – 12.00 | Intervensi Psikologis untuk Penanganan Depresi | Tri Hayuning Tyas, S.Psi., M.A. |
12.00 – 13.00 | Manajemen Asuhan Depresi: Panduan untuk Caregiver | Aspi Kristiati, SKM, M.A. |
13.00 – 13.15 | Penutup |
Informasi lebih lanjut
Informasi lebih lanjut mengenai kegiatan Pre-Convention on Depression and Culture: The Untold Story dapat dilihat melalui website cpmh.psikologi.ugm.ac.id atau menghubungi 081327395698 / cpmh@ugm.ac.id