Masalah kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan pelik di berbagai belahan dunia. Berdasarkan data WHO, jumlah penderita gangguan jiwa umum mencapai 350 juta jiwa, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan prevalensi kanker di seluruh dunia yang mencapai angka 74,1 juta jiwa. Sedangkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes tahun 2013, sekitar 14 juta orang penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun ke atas mengalami gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala depresi dan kecemasan. Ironisnya, di Indonesia masalah kesehatan jiwa belum menjadi prioritas. Pada tahun 2015, treatment gap untuk masalah kesehatan jiwa di Indonesia mencapai lebih dari 90%. Selain itu, kurangnya SDM yang bergerak dalam advokasi kesehatan jiwa serta tidak memadainya perlindungan HAM untuk ODGJ (Orang dengan Gangguan Jiwa). Dalam rangka mengembangkan sistem kesehatan jiwa yang integratif, dibutuhkan upaya advokasi untuk mengangkat kepedulian dan mengusahakan diprioritaskannya isu-isu kesehatan jiwa yang terjadi di masyarakat.
Sebagai salah satu bentuk upaya menuju Indonesia Sehat Jiwa maka Fakultas Psikologi UGM melalui Centre for Public Mental Health menyelenggarakan international workshop dan short course. Workshop yang diadakan pada 23 – 24 September 2017 mengusung tema International Workshop on Free Pasung Program: “Eliminating Restraint of Persons with Mental Illness in Indonesia: A Review of Progress”. Kegiatan yang berlangsung selama dua hari betujuan mereview Program Bebas Pasung Indonesia yang telah berjalan selama 7 tahun, termasuk tantangan dan peluangnya. Narasumber yang hadir merupakan ahli dalam beberapa bidang terkait isu pasung, diantaranya Prof. Harry Minas (International mental health expert, University of Melbourne), Prof. Dr. Subandi, MA (National expert in mental health, Universitas Gadjah Mada), Dr. Erminia Colucci (International mental health expert, Middlesex University London), dr. Eka Viora, Sp.KJ (Former Director of Bina Kesehatan Jiwa, Ministry of Health, Indonesia), dr. Irmansyah, Sp.KJ (Former Director of Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa, Ministry of Health, Indonesia, Drs. Bambang Sugeng, MM (Ministry of Social Affairs, Indonesia), serta narasumber ahli lainnya dan pasung survivor.
Kegiatan berbentuk workshop tersebut dihadiri para pakar, pemangku kebijakan, hingga masyarakat umum yang peduli terhadap isu pasung. Hari pertama kegiatan berlangsung diisi dengan pemaparan materi dan progres Program Bebas Pasung serta pemutaran film dokumenter pasung “Breaking the Chains” karya Dr Erminia Colucci. Pada hari kedua workshop dilakukan bimbingan teknis kepada para kepada stakeholder pelaksana Program Bebas Pasung diFakultas Psikologi UGM. Selain itu, memberikan rekomendasi dan alternatif solusi untuk pelaksanaan program. Harapannya mereka semakin semangat dalam melanjutkan Program Bebas Pasung.
Selanjutnya diadakan kegiatan short course yang berfokus pada penguasaan skill advokasi pengembangan sistem kesehatan jiwa secara lintasdisiplin, lintasbudaya dan lintasnegara secara berkelanjutan. Kegiatan yang mengangkat tema International Short Course on Advocacy Skills in Mental Health System Development: From Research to Policy berlangsung selama 25 September – 6 Oktober 2017. Narasumber yang mengisi program kursus singkat ini, yaitu Prof. Harry Minas (University of Melbourne), Prof. Hans Pols (University of Sydney), Dr. Sudipto Chatterjee (University of Melbourne), Dr. Erminia Colucci (Middlesex University London), Prof. Theo Bouman (University of Groningen), Prof. Ali Ghufron Mukti (Directorate General of Resources for Science, Technology and Higher Education – Indonesia), Prof. Laksono Trisnantoro (Universitas Gadjah Mada), Prof. Sofia Retnowati (Universitas Gadjah Mada), Dr. Rahmat Hidayat (Universitas Gadjah Mada), Dr. Elan Satriawan (Universitas Gadjah Mada), Dr. Diana Setiyawati (Universitas Gadjah Mada).
Kegiatan tersebut berbentuk kursus atau kuliah tatap muka di dalam kelas dengan penugasan kelompok dan kunjungan lapangan. Lokasi yang akan dikunjungi adalah fasilitas rehabilitasi ODGJ berbasis masyarakat Tirto Jiwo di Kabupaten Purworejo dan Padepokan Mbah Marsiyo di Kabupaten Kebumen. Harapannya kegiatan ini dapat mengembangkan jejaring internasional untuk memperkuat advokasi pengembangan sistem kesehatan jiwa di Indonesia serta meletakkan landasan untuk menjadi pusat unggulan advokasi pengembangan sistem kesehatan jiwa ASEAN dan low- and middle-income countries.[Alifah]